Headline News

header-int

13-2-2018 : Masa lalu kejayaan masyarakat pesisir

Selasa, 13 Februari 2018, 10:12:23 WIB - 838 | Kontributor :

Para ahli kerajaan membuat kapal kapal layar, yang digunakan untuk perniagaan dan kebutuhan angkatan laut. Mereka tidak membeli kapal dari luar, tapi sudah memiliki keterampilan membuat kapal sendiri. Hutan-hutan lebat milik kerajaan menghasilkan kayu kayu kelas satu, dan besar besar, sehingga mudah diolah menjadi kapal. Untuk kebutuhan meriam kapal dan senjata lainnya, raja mendatangkan dari Malaka, sebagai barter dengan hasil bumi Kerajaan Inderapura. Beras dari alam kambang, balaiselasa dan surantih, emas dari Painan dan Muko muko, lada dari Sarolangun, Tapan dan Inderapura sendiri.

Kerajaan Inderapura sangat strategis, ada sungai besar yang jernih, yakni Batang Inderapura, dan Sungai Lunang yang pada waktu itu dapat dilalui oleh kapal kapal dagang. Sungai Lunang sebelum bermuara ke laut, berliku dengan arus tenang membentuk meander-meander ber-air dalam dan jernih sehingga dapat dijadikan pelabuhan besar di Muarasakai. Banyak kapal dagang dari berbagai penjuru datang ke Murasakai agar bisa secara langsung membeli lada, beras dan emas di pusat pasar kerajaan di Inderapura. Sebaliknya pedagang dari berbagai bangsa menjual beragam jenis barang untuk diperdagangkan hingga Muko muko, Kerinci, Sarolangun, Kambang, Painan, Balaiselasa, Padang dan Bangko. Pelabuhan Muarasakai berkembang menjadi salah satu pelabuhan ekspor-import di wilayah pantai barat Sumatera.

Siang malam pelabuhan sibuk dengan bongkar muat barang. Bermacam ras bangsa hadir di Inderapura. Untuk mengamankan pelabuhan, kerajaan mengangkat seorang mantri pelabuhan, dengan banyak anak buahnya. Mantri pelabuhan disamping cerdas juga seorang yang hebat dengan olah kanuragan. Mampu bersilat, berilmu beladiri tinggi, dan mampu berdiplomasi untuk membela dan mengamankan pelabuhan dari pelaut pelaut Hadramaut, Canton, dan Persia. Rata-rata mantari pelabuhan pernah belajar di Nala, India, dan belajar bela diri silat kumango di Pariangan Pagaruyung, atau di Painan mendalami ilmu silat buayo lalok.

Periode 1347 hingga 1487 adalah masa masa pemantapan tata pemerintahan dengan raja yang silih berganti. Kerajaan disibukkan dengan pengamananan jalur perdagangan, memberantas para perompak di pesisir pantai barat, hingga para garong di jalur Kerinci-Tapan. Kerajaan menjadi kuat dan terpelihara dengan baik. Kendali dapat dipertahankan. Angkatan perang kuat dan rakyat makmur. Ketika jalur perdagangan dengan kesultanan Aceh dan Malaka yang makin sibuk dan ramai, Islam makin mendominasi kehidupan masyarakat di kerajaan. Sehingga kerajaan Inderapura yang pada beberapa saat dipengaruhi agama budha, secara bertahap kehidupan masyarakatnya sebagian besar beragama Islam. Akhirnya Islam menjadi agama kerajaan.

Kejayaan Kerajaan Inderapura mulai terasa ketika jatuhnya Kerajaan Malaka ketangan Portugis dibawah pimpinan Laksamana Alfonso d’Albuquerquer. Dengan jatuhnya Malaka ke tangan Portugis, para pedagang Arab dan Persia berusaha menghindari Malaka, karena tidak nyaman berdagang dengan Bangsa Portugis. Sebagian pedagang China bisa langsung melewati laut China Selatan ke Jawa, dan Maluku, sedangkan Pedagang Arab, Pedagang China dari Canton dan Persia menyisir pantai barat Sumatera. Mereka berdagang dengan Meulaboh, Barus, Sibolga, Pariaman, Tiku, Padang, Painan, Indrapura, Bengkulu, dan menyeberangi Selat Sunda.

Lalu lintas perdagangan rempah rempah semakin ramai di pantai barat Sumatera sehingga bangsa Eropa mulai mengincar wilayah nusantara. Kapal-kapal dagang Kerajaan Inderapura makin banyak berlayar ke Kesultanan Aceh, menyisir pantai barat Sumatera untuk menjual hasil buminya di Malaka, dan di Tumasek (Singapura yang kita kenal hari ini).

Kerajaan Indrapura menjadi sangat ramai dengan kedatangan bangsa asing dari berbagai penjuru. Kuda-kuda bersileweran membawa hasil bumi. Pedati yang ditarik kerbau membawa beras dari pelosok-pelosok wilayah kerajaan. Dan pulangnya mengangkut barang barang kebutuhan lainnya yang dijual oleh pedagang China, Hadramaut, dan Bangsa Eropa.

Kota tertata dengan pola utara-selatan, timur-barat, dan jalan menuju pelabuhan lebar dengan tumbuhan pelindung di kanan kirinya. Kehidupan istana tenteram dengan sistem parlementer yang menopangnya. Rumah-rumah kayu bermodel panggung bergaya Rumah Aceh banyak didirikan. Rumahnya tinggi dari jalan raya, ada ruang tamu terbuka, ruang tengah yang lapang dan menghubungkan beberapa kamar yang saling menghadap. Jenjang kayu berukir menjadi tempat naik yang berseni tinggi. Bersambung......

Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan Portal Resmi Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan merupakan Wadah informasi bagi masyarakat dari pemerintah. Kabupaten Pesisir Selatan adalah sebuah kabupaten di Sumatera Barat, Indonesia. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 5.749,89 km² dan populasi ±420.000 jiwa. Ibu kotanya ialah Painan.
© 2024 Kabupaten Pesisir Selatan. Follow Me : Facebook Youtube