Headline News

header-int

14-3-2018: Sepucuk Surat buat Sultan

Rabu, 14 Maret 2018, 07:29:01 WIB - 443 | Kontributor :

“O yaa Bib. Syukurlah jika demikian. Aku juga berharap kerajaan Kesultanan Aceh dapat memahami kondisi kita masing masing di pesisir barat ini. Kami juga akan menjaga kenyamanan dan keamanan jalur perdagangan pantai barat di bagian selatan. Seiring dengan pelayaran kami ke Pariaman ini, tiga kapal perang kerajaan Inderapura juga berlayar menuju arah selatan, ke Ketaun guna menumpas para bandit bajak laut pimpinan Simata satu,” jelas Menteri Sebaranglaut.

“Ya baiklah Din. Kami juga tidak akan pernah memaksakan harus sama, yang penting ada harmonisasi hubungan baik, terutama dalam menjaga jalur perdagangan. Saling mengerti dan saling menjaga, karena perbedaan adalah alamiah dan sunatullah. Makanya kerajaan Kesultanan Aceh tidak akan pernah memaksakan kehendak. Sedangkan penaklukan Meulaboh, Singkil, Tapaktuan, Barus, dan Sibolga semata karena mereka tidak mau bekerjasama dalam mengamankan pesisir pantai barat ini. Mereka lebih cenderung berdagang dengan bangsa kulit putih,” jelas Panglima Habibulah.

Seiring matahari sudah menukik. Mereka saling bercerita tentang masa lalu di Malaka waktu menuntuk ilmu di sana. Tentang hal yang lucu lucu hingga hal yang serius, sehingga Tan baro dan juru tulis hanya senyum senyum saja mendengarnya. Dua sahabat lama ini sepakat setelah syolat magrib mereka akan bertemu lagi untuk makan malam bersama, dan dilanjutkan pembicaraan mengenai hubungan kedua kerajaan.  Menteri seberang laut, Tan baro dan juru tulis dipersilakan istirahat di tempat yang telah disediakan oleh Panglima.

 Setelah selesai makan malam, Panglima dengan didamping tiga orang pendampingnya, serta Menteri Seberang laut, Tan Baro, dan juru tulis pindah ke ruangan tempat akan diadakan pembicaraan. Mereka duduk pada kursi yang mengelilingi sebuah meja besar, yang terbuat dari kayu pohon kelapa tua.

“ Din, terimakasih atas semua bawaan yang telah kami terima. Dan telah kami pindahkan ke gudang pangan. Tolong sampaikan kehadapan Sultan Inderapura, kami sangat bangga dan terimakasih dengan perhatian ini. Rendang lokannya enak sekali”, panglima memulai pembicaraan.

“Ya, tandanya kita bersaudara. Hanya ada dua kesultanan di pantai Barat ini, kesultanan Aceh dan Kesultanan Inderapura. Serumpun dan seagama lagi. Oo yaa, mengenai bantuan persediaan pangan tadi. Sultan memberikan sangat ihklas. Mudah mudahan bisa dimanfaatkan dengan baik. Sedangkan rendang lokan itu adalah makanan khas kerajaan, yang lokannya dihasilkan oleh sungai-sungai yang ada di sekitar ibukota”, balas Menteri Seberang Laut.   

“Din, kehebatan raja dan kebesaran kerajaan Inderapura telah menjadi pembicaraan di kalangan pedagang di Malaka. Sultan dan para pangeran di Ulele juga sudah mengetahui hal itu. Di tambah lagi dengan apa yang mereka saksikan di pasar dan pelabuhan, bawa wanita wanita di kerajaan Inderapura cantik cantik. Bersih-bersih dan rata rata berambut panjang. Oleh karena itu kami ingin ada hubungan yang lebih erat di antara kita”, kata Panglima dengan tersenyum.

“Terimakasih Habib. Ya, di Ulele juga cantik cantik wanitanya bib. Aku malah hampir tinggal di Ulele dulu Bib. Tapi karena cepat dipanggil pulang, ya ndak jadi”.

“ha ha ha ha, harusnya jadi Din”, gurau Panglima.

“Bib, Ini ada pesan dari Sultan, Bib. Kami mengharapkan agar ekpedisi kapal kapal perang kesultanan Aceh cukup sampai di Pariaman saja, karena di Muara Padang dan daerah selatan sudah aman dan kami bisa mengendalikannya dengan kekuatan kerajaan Inderapura saja”, minta menteri Seberang Laut. Panglima menerawang ke atas, dan mengangguk-anggukkan kepalanya.

“Begini Din. Ini kita terlalu serius. Tapi ndak apalah, karena sudah dimulai. Kami memang bermaksud mengunjungi Inderapura. Tapi bukan untuk ekspansi, hanya untuk muhibah, dan mengantar sepucuk surat sangat rahasia kepada Sultan. Rencananya, saya yang akan langsung mengantarkannya, menunggu keadaan aman di Pariaman”.

“Surat? Surat apa itu Bib? Boleh saya tahu?” sela menteri cemas. Pikir Menteri cepat,  “jangan jangan surat penaklukan dengan halus. Atau surat pemaksaan harus antar upeti sebagai tanda pengakuan”.

“Nantilah, saya sendiri juga tidak boleh membukanya. Jadi saya tidak tahu isinya. Menurut yang saya dengar, ini sangat pribadi antara kerajaan Inderapura dengan Kerajaan Kesultanan Aceh”.

Menteri dan tan baro saling pandang. Suasana diam. Menteri menerawang. Jika pribadi tentu masalah perasaan antara dua sultan dengan sultan. Tapi perasaan apa pula. Padahal hubungan kedua kerajaan selama ini baik, dan tak ada yang menyinggung. Pikir Menteri, barangkali ada hubungan dengan  pembelian senjata oleh Kerajaan Inderapura ke Malaka. Tan baro berbisik kepada Menteri “Rangkayo, masalah apa kira-kira?”. Dengan menggeleng kepala menunjukan  Menteri tidak tahu jawabannya.

“Begini, Din”, Panglima memecah suasana, “Saya pikir hubungan kedua kerajaan sudah sangat baik. Karena isi surat itu masalah pribadi, tentu bukan masalah negara. Jadi kita lihat aja isinya di depan Sultan saja. Jika besok sore angin dan cuaca baik, saya persilakan kamu berangkat. Saya akan kirim utusan yang mewakili kerajaan menghadap sultan di Inderapura. Saya belum bisa berangkat karena keadaan Pariaman masih membutuhkan pengendalian langsung dari saya, selaku panglima”.

“Baiklah Bib. Besok siang izinkan kami  untuk kembali ke Inderapura. Saya harap jika ada waktu dan kesempatan, datanglah untuk muhibah ke Inderapura”,  menteri menjawab dengn tenang.

“Ya, insyaaallah, saya akan ke sana, setidaknya dengan beberapa buah kapal saja”. Hari menjelang larut malam. Kedua pemimpin dan rombongan sepakat untuk istirahat. Habibulah menjabat tangan sahabatnya dan rombongan, meninggalkan ruangan, kembali ke rumahnya.     Sedangkan Mentri kembali ke tempat istirahatnya, dengan hati bercampur aduk, antara senang dan risau dengan isi surat dari Sultan Aceh. Bersambung....

 

Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan Portal Resmi Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan merupakan Wadah informasi bagi masyarakat dari pemerintah. Kabupaten Pesisir Selatan adalah sebuah kabupaten di Sumatera Barat, Indonesia. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 5.749,89 km² dan populasi ±420.000 jiwa. Ibu kotanya ialah Painan.
© 2024 Kabupaten Pesisir Selatan. Follow Me : Facebook Youtube