Headline News

header-int

19-2-2018 : Surat dari Telek sandi

Senin, 19 Februari 2018, 09:53:50 WIB - 685 | Kontributor :

Para pedagang dan buruh melirik ke kapal berwarna merah dengan garis hitam di tengahnya yang mulai melambat. Kapal yang membawa berbagai barang hasil produksi Kerajaan Yuen itu telah hampir membuang sauh di pinggiran pelabuhan, sekitar 100 depa dari kapal Persia yang baru dikunjungi Sultan. Pedagang tentu berfikir akan ada barang baru yang laku dijual, sedangkan buruh berharap banyak barang yang bisa diangkut agar dapat upah besar.

Turun dari perahu sultan bergegas menapaki lantai pelabuhan. Dihampiri oleh mantri pelabuhan sambil menyura hormat. Tanpa banyak bercakap, sultan naik kuda, dan langsung memacu lari kudanya yang diikuti oleh pasukan pengawal. Tak lama berselang sultan dan pengawal telah menghilang di belokan jalan besar dan masuk ke halaman istana.

Mantri pelabuhan, Hisbudunin, gelar Tan Baro Hitam, adalah kawula kerajaan yang sangat disiplin dan tak banyak bicara, sehingga sangat disegani di antara buruh angkat pelabuhan, dan para nakhoda kapal, baik asing maupun lokal. Dia pandai berbahasa China dan Arab, sehingga amat disukai oleh pelaut asing, karena memudahkan urusan ke-syahbandaran. Orang tua laki laki Hisbudunin konon masih ada hubungan ke-kerabatan dengan sultan. Dia sangat disiplin dengan waktu bongkar muat kapal. Aturan di pelabuhan dilaksanakannya dengan tegas dan kaku. Siapa pun tidak boleh minum minuman keras di warung warung sepanjang muara pelabuhan. Minuman keras hanya boleh di atas kapal masing masing, sehingga para pedagang dari berbagai bangsa dan suku merasa aman berdagang di Kerajaan Inderapura.

"Aku ingatkan kepada siapapun, tidak boleh minum minuman keras dan main wanita. Minuman keras hanya boleh di dalam kapal. Mari kita jaga kenyamanan pelabuhan. Dan jangan mempermainkan wanita di kerajaan ini”, begitu himbauan Tan Baro Hitam penuh wibawa kepada setiap awak kapal yang baru saja datang di pelabuhan. Jika ada anak buah Tan Baro Hitam yang bermain mata dalam menegakan peraturan di pelabuhan, aturannnya jelas: yakni cambuk sebanyak 50 kali, dan diberhentikan dengan tidak hormat.

Pimpinan kapal dari Canton itu turun dan disambut oleh Tan Baro Hitam. Dia memperkenalkan diri “ Owe Pau Hsing, pimpinan kapal dagang ini” sambil medekapkan kedua tangannya kedada, tanda hormatnya kepada mantri pelabuhan.

“Ya. Aku Tan Baro Hitam, Mantri pelabuhan” sambut Tan Baro dengan komunikasi yang lancar. Pau Hsing melaporkan, bahwa kapalnya bersama 25 orang anak buah kapal membawa berbagai barang dagangan, berupa porselen, kain sutera dan alat tenun. Dia ingin menukar dengan beras, lada, kopi, damar, dan kayu gaharu, atau permadani Turki yang dibawa pedagang Persia. Salah satu tugas penting mantri pelabuhan adalah saling memperkenalkan setiap pedagang, terutama dari bangsa asing yang tak mengerti bahasa melayu tua, untuk menjual dan membeli barang dengan saling barter. Jika mantri pelabuhan sudah membantu, semua jual beli akan berjalan lancar.

Setelah menyelesaikan semua catatan pajak dan administrasi pelabuhan, anak buah kapal Pau Hseng mulai menata barang yang akan diangkut buruh pelabuhan. Raja telah membuat aturan yang tegas, bahwa urusan pajak dan administrasi pelabuhan tak boleh lebih dari setengah hari.

Para buruh pelabuhan mulai sibuk. Mereka dalam kelompok kelompok yang teratur dan dipimpin oleh seorang mandor buruh. Ada yang mengangkut barang turun dari kapal dan dicatat oleh kerani guna dibawa ke dalam gudang, sebelum diperdagangkan ke berbagai penjuru. Sebaliknya, ada pedati yang membawa hasil bumi dari berbagai wilayah yang segera dimuat ke kapal.

Pau Hseng menarik tangan Tan Baro ke sudut pelabuhan untuk berbicara, yang nampaknya agak serius dan penting sekali. Pau Hseng hendak menyampaikan sesuatu kepada Tan baro. “Tuan Mantri, owe ada bawa surat dari telek sandi kerajaan untuk disampaikan kepada Tuanku Sultan”.

Sudah lama memang, kerajaan menempatkan telek sandi di banyak tempat seperti di Bengkulu, Ketahun, Painan, Kerinci, Padang, Pariaman, Barus, dan Tiku. Bahkan kerajaan punya telek sandi di Kesultanan Aceh dan Malaka. Telek sandi adalah mata-mata yang amat dipercaya guna memberikan informasi untu keamanan kerajaan. Telek sandi berada di bawah pengawasan Menteri keamanan. Dan selanjutnya disampaikan kepada Sultan untuk ditindak lanjuti.

“Yaa... Nanti ku sampaikan segera kepada menteri keamanan, dan selanjutnya menteri yang menyampaikan kepada sultan” jawab Tan Baro sambil menerima surat tersebut. Pasti surat penting, pikir Tan Baro. Jarang ada surat yang dikirm melalui kapal asing. Barangkali ada kejadian luar biasa yang berhubungan dengan kerajaan. Atau kejadian penting dimana Sultan harus tahu dan mengambil tindakan...... bersambung..

Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan Portal Resmi Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan merupakan Wadah informasi bagi masyarakat dari pemerintah. Kabupaten Pesisir Selatan adalah sebuah kabupaten di Sumatera Barat, Indonesia. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 5.749,89 km² dan populasi ±420.000 jiwa. Ibu kotanya ialah Painan.
© 2024 Kabupaten Pesisir Selatan. Follow Me : Facebook Youtube