Headline News

header-int

29-3-2018 : Pertempuran sengit antar sesama saudara

Kamis, 29 Maret 2018, 09:33:44 WIB - 459 | Kontributor :

Panglima Panambam mengerahkan pasukannya ke tempat yang ditunjukkan oleh pengacau yang tertangkap. Lokasi Tan Baro dan pasukannya berada ke arah timur dari pasar. Dekat dengan sebuah sungai, di mana beberapa kapal Tan Baro berlabuh sementara, sebelum mereka melanjutkan ke Air Manjunto. Tan Baro belum mengetahui kedatangan Panglima Panambam dan para prajuritnya, karena Tan Baro tidak menduga akan secepat itu tindakan kerajaan untuk mengirim prajurit. Pikir Tan Baro, tentu Sultan akan memperbaiki pelabuhan, dan menkosolidasi kerajaan setelah pertempuran di pelabuhan itu.

Bersamaan dengan itu, Menteri Keamanan dan pasukannya juga telah mendarat di Muko muko, sebelum melanjutkan ke Air Manjunto melewati Batang Air Manjunto. Menteri Keamanan dijemput oleh bebetapa perwira kerajaan anak buah Panglima  Panambam. Di dekat pasar, di mana Panglima Panamban bermarkas, Rangkayo Rajo Prang langsung melakukan konsolidasi dengan semua perwira kerajaan yang menjadi komandan komandan satuan prajurit. Mereka menyusun kekuatan dan membagi satuan satuan menurut wilayah pengepungan.

Menteri keamanan mengerahkan sebagian pasukan lautnya ke arah barat dekat dengan tempat kapal-kapal Tan Baro berlabuh. Mereka mengendap-ngendap di sela sela semak belukar. Sebagian pasukan Panglima Panambam ke arah timur dan utara. Sementara yang lain menjaga dari jarak jauh di bagian selatan, untuk menngkap kelompok Tan Baro yang melarikan diri dari kepungan.

Dengan lalu lintas kuda yang makin banyak, akhirnya Tan Baro mengetahui pengepungan ini. Tan Baro juga mempersiapkan anggotanya. Membagi kekuatan, dan sebagian sudah mengendap-ngendap ke arah kapal untuk melarikan diri dengan kapal jika mereka terdesak. Namun terlihat oleh prajurit kerajaan yang ditugaskan di bagian barat.  Mereka memanah perusuh yang mengedap-ngendap.

Siang itu, penduduk Muko Muko menjadi takut dan waswas dengan pertempuran yang akan terjadi. Pastilah pertempuran hidup mati bagi kelompok Tan baro, pikir orang orang yang cemas di sekitar tempat itu. Awalnya penduduk Muko muko tidak mengetahui persoalan yang sedang terjadi. Mereka hanya tahu  bahwa kedua belah pihak pasukan yang datang merupakan prajurit yang sedang memonitor wilayah kerajaan. Baru setelah Panglima Panamban datang, penduduk mengetahui bahwa pasukan yang datang pertama dengan kapal dan berlabuh agak jauh di sebelah barat, merupakan pasukan yang membuat rusuh di pelabuhan Muarasakai.    

Karena sudah saling berhadapan di bagian barat, tak dapat dihindari terjadi perang panah antara pasukan kerajaan dengan kelompok Tan Baro. Panah bersileweran yang dilepaskan oleh masing-masing kelompok. Namun karena pasukan kerajaan lebih banyak, kelompok Tan Baro mulai terdesak dan beberapa yang tersisa di bagian barat lari ke arah kapal. Kapal langsung ditembak dengan meriam api oleh prajurit kerajaan, sehingga menimbulkan kebakaran.

Panglima Panambam memberi komando, semua prajurit bergerak dan perang basosoh tak dapat dihindari. Dari segala penjuru, serangan oleh prajurit kerajaan mendesak kelompok Tan Baro. Banyak yang terluka terkena anak panah di kedua belah pihak. Tan Baro dengan sengit ikut terlibat dalam pertempuran yang memang tidak seimbang. Kelompok Tan Baro terdesak  karena Tan Baro belum sempat melakukan konsolidasi dengan pihak lain yang akan membantunya. Bantuan yang diharapankan dari Bujangsabaleh ternyata tidak mendapat tanggapan, sementara dari keturunan Puti Mambang Surau belum sempat terkonsolidasi, karena sudah didahului dengan kehadiran prajurit Panglima Panamban di Air Manjunto.  

Tan Baro, seorang intelektual kerajaan, yang semula sangat dihormati oleh Sultan dan para menteri, akhirnya harus mengalami nasib tragis karena larut dalam perasaan subjektifitasnya terhadap Putri Dewi. Tan baro telah menghancurkan masa depannya akibat perasaan subjektivitasnya sebagai seorang intelektual kerajaan, sehingga tidak lagi menggunakan akal sehat. Ia korbankan semua hal, demi cintanya yang tidak pernah sampai. Demi harkat yang tak pernah tegak sebagaimana mestinya. Demi sensitivitasnya atas pinangan Pangeran Firman Syah yang tak pernah diketahui oleh Sultan.

Akhirnya..., Tan Baro terkena anak panah beracun dari bidikan seorang prajurit ketika ia berdiri berteriak-teriak memberikan aba aba kepada prajurit pengikutnya. Tak banyak kata yang keluar dari mulut Tan baro, ketika racun panah dengan cepat membunuh kesadarannya. Hanya sebuah kalimat  “Sultan, apa saja boleh engkau gadaikan, tapi tidak untuk anak  dan tanah Inderapura”.  Tentu saja tidak ada yang mendengar, di tengah kecamuk perang yang sedang basosoh.

Sebagian besar kelompok Tan Baro terbunuh, dan beberapa orang dapat ditangkap oleh prajurit kerajaan. Sebuah kapal kelompok Tan Baro, yang entah berapa orang isinya berlayar cepat menuju laut lepas ke arah selatan. Sedangkan 1 buah kapal terbakar.  Hanya 1 buah kapal yang dapat dirampas kembali oleh prajurit kerajaan.

Dengan terbunuhnya Tan Baro, beberapa prajurit kelompok Tan baro melarikan diri ke hutan. Dikejar dengan sentakan anak panah. Namun mereka sudah menghilang di kelebatan hutan  pinggiran Muko Muko. Tak ada lagi yang tersisa, hanya mayat-mayat bergelimpangan. Rangkayo Rajo Prang memerintahkan agar semua mayat-mayat, baik dari pihak perusuh maupun dari pihak prajurit agar dikuburkan dengan baik.

“Panglima, mereka kelompok Tan Baro ini, semua adalah anak-anak kita juga. Mereka sebagian adalah bekas prajurit kita, yang pernah banyak berjasa dalam upaya penumpasan gerombolan penjahat di batas kerinci tahun yang lalu. Para prajurit yang sebetulnya tidak tahu latar belakang kerusuhan ini. Hanya ambisi Tan Baro yang tidak pernah puas sehingga ingin melakukan sesuatu yang tak pantas dan tak ada gunanya”, kata Rangkayo Rajo Prang sambil berangsur dari tempatnya.

“Yaa Rangkayo. Mari kita kuburkan semua dengan baik, termasuk Tan Baro. Mudah mudahan ini jadi pembelajaran bagi semua generasi di kerajaan. Tidak ada gunanya mengikuti hawa nafsu dan keserakahan, ketamak-kan, dan melawan kekuasaan tanpa mengukur diri. Tak akan ada juga yang mendukung, melawan pemimpin yang diakui rakyat.  Apalagi Cuma karena cinta sampai harus mengurbankan diri”, kata Panglima dengan senyum pahit. 

Setelah beristirahat selama dua hari, prajurit kembali ke Inderapura. Kelompok prajurit yang dipimpin Rajo Prang akan kembali dengan menggunakan kapal. Sedangkan pasukan berkuda yang dipimpin Panglima Panambam akan pulang ke Inderapura lewat darat.  Bersambung.....

Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan Portal Resmi Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan merupakan Wadah informasi bagi masyarakat dari pemerintah. Kabupaten Pesisir Selatan adalah sebuah kabupaten di Sumatera Barat, Indonesia. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 5.749,89 km² dan populasi ±420.000 jiwa. Ibu kotanya ialah Painan.
© 2024 Kabupaten Pesisir Selatan. Follow Me : Facebook Youtube