Headline News

header-int

4-4-2018 : Sultan Aliudin Syah Meninggal Dunia

Rabu, 04 April 2018, 09:33:16 WIB - 531 | Kontributor :

Sekembali Putri Dewi dari Pasar Ulele, banyak sanak saudara Sultan dan para  pembesar kerajaan berdatangan ke istana peristirahatan Sultan. Hari agak mendung. Matahari seperti malas menyinari bumi Tanah Rancong. Para Hulubalang istana nampak berdiri siap siaga di sekitar komplek Istana Ulele.

Sakit Sultan Aliudin Syah  makin parah. Sudah banyak tabib yang diundang untuk menyembuhkan beliau, namun masih belum berhasil. Ada tabib yang sengaja didatangkan dari Barus,  Tapak Tuan, bahkan ada yang sengaja diundang Tabib dari negeri Perlak, di negeri rantau, namun sakit Sultan belum menunjukkan tanda tanda makin sehat.

Putri Dewi termasuk yang paling sering merawat beliau, dan mengantar makanan kesukaan beliau. Dia sudah menganggap orang tua sendiri, seperti nasehat ibundanya ketika akan meninggalkan Ulele, agar menganggap Sultan Alaudin Syah sebagai orang tua sendiri. Pesan ibundanya dan nasehat Tuo kambang  selalu dilaksanakan  oleh Putri Dewi.

Dalam suatu kesempatan, Sultan menyuruh Putri Dewi mencari sehelai kertas dan sebuah sebuah kotak. Ada beberapa orang yang hadir di sekitar tempat tidur Sultan, termasuk beberapa kerabat dan Pangeran Firmansyah, namun Putri Dewi yang disuruh beliau. Itu menunjukkan betapa dekatnya hubungan Putri Dewi dengan Sultan. Sultan sangat percaya terhadap Putri Dewi, yang ditunjukan beliau dengan seringnya Sultan Menikmati masakan Putri Dewi.

Kemudian Sultan menulis sesuatu, dan melipatnya. Beliau menyampaikan kepada yang hadir, itu adalah wasiat dan amanah jika terjadi sesuatu terhadap dirinya. Beliau serahkan kepada Putri Dewi untuk dimasukan kedalam kotak tadi.  Dan beliau pesankan,

“Bukalah surat wasiat ini saat aku sudah menghadap Allah, di depan para pangeran, permaisuri, anak anak ku dan pembesar kerajaan nantinya. Serahkan kepada perdana menteri”, demikian pesan Sultan kepada Putri Dewi. Esoknya dengan disaksikan anak-anak sultan dan permaisuri, surat diserahkan Putri Dewi kepada Perdana Menteri.

Pada akhir Desember 1575, di saat langit diselumuti awan tebal. Hujan lebat mengguyur bumi tanah rencong, Sultan Alisyah meninggal dunia di Istana Ulele, tempat kediaman keluarga besar kerajaan. Rakyat berkabung atas meninggalnya Sultan yang dicintai rakyat. Berduyun-duyung masyarakat Ulele datang menjenguk sebagai tanda berlangsung kawa kerajaan. Beduk dipukul tiga kali di seluruh mesjid Banda Aceh dan Ulele. Pembacaan Surat Yasin menggema di Mesjid Agung Baiturrahman sampai larut malam yang dibacakan secara bergantian oleh jamaah mesjid. 

Besok pagi, sesuai kebiasaan kesultanan Kerjaan Aceh, jenazah beliau dipindahkan dan disemayamkan di istana Dalud Dunia di Banda Aceh, sebelum dimakamka. Jenazah Sultan dipindahkan dengan kereta kencana yang diselimuti kain sutera hitam. Berduyun-duyun penduduk menyaksikan prosesi itu di sepanjang jalan. Sore menjelang Ashar, jenazah dikuburkan di komplek pekuburan kesultanan.

Selama masa berkabung 40 hari, sesuai dengan tradisi kerajaan, pemerintahan dan acara kenegaraan dikendalikan oleh Perdana Menteri. Pemerintah tetap berjalan sebagaimana mestinya, karena Sultan sudah membuat sistem pemerintahan yang baik. Hanya saja isu-isu dan  informasi yang menyesatkan makin bersileweran tentang siapa yang paling berhak menjadi Sultan berikutnya.      

Sepeninggal Sultan Alisyah, intrik sesama pangeran keluarga kerajaan semakin menjadi jadi. Ada pembunuhan pangeran yang tidak tahu siapa pelakunya. Ada juga penculikan pengawal pangeran. Jika malam datang,  menjadi waktu yang menakutkan di komplek kerajaan di Banda Aceh maupun di Ulele. Saling fitnah dan hasut satu sama lain. Prajurit kerajaan juga sulit untuk berpihak. Mereka tidak melibatkan diri. Hanya para pengawal yang dirasakan berpihak kepada pangeran di mana mereka menjadi pengawalnya.  

Putri Dewi dapat aman dan selamat karena dijaga pasukan pengawal yang setia. Desas desus mulai menyebar bahwa pelaku pumbunuhan pada beberapa tempat dilakukan oleh orang suruhan Putri Dewi. Isu itu beredar karena mereka mengetahui bahwa ke-empat puluh orang yang dibawa Putri Dewi dari Inderapura adalah hulubalang pilih tanding. Para pesilat ulung, dan memiliki ilmu kanuragan tinggi. Namun sampai saat ini, belum ada petunjuk  yang bisa menjadi bukti awal. Pangeran Firmansyah juga membela, bahwa tidak ada pengawal Putri yang terlibat dengan intrik intrik yang terjadi di dalam istana.

Sebetulnya, jika mau mengambil alih istana mudah saja bagi Putri Dewi, karena para hulubalang dari Inderapura yang dibawanya adalah para prajurit pilih tanding. Apalagi Pangeran Firmansyah juga memeiliki akses yang kuat terhadap semua Panglima kerajaan, dalam tugasnya sebagai penyedia logistik para prajurit.  Bersambung......   

Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan Portal Resmi Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan merupakan Wadah informasi bagi masyarakat dari pemerintah. Kabupaten Pesisir Selatan adalah sebuah kabupaten di Sumatera Barat, Indonesia. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 5.749,89 km² dan populasi ±420.000 jiwa. Ibu kotanya ialah Painan.
© 2024 Kabupaten Pesisir Selatan. Follow Me : Facebook Youtube