Headline News

header-int

Gelombang kehidupan

Rabu, 19 September 2018, 13:57:34 WIB - 1086 | Kontributor :

Gelombang kehidupan

Secara fisik, gelombang adalah bentuk dari getaran yang merambat pada suatu medium. Dalam ilmu fisika dikenal dua jenis gelombang, pertama gelombang transversal yang arah rambatannya tegak lurus  dengan arah rambatnya. Satu gelombang terdiri dari satu lembah dan satu bukit. Kedua, gelombang longitudinal. Adalah gelombang yang merambat dalam arah yang berimpitan dengan arah getaran pada tiap bagian yang ada. Contoh gelombang pegas yang ditarik.

 

Secara fisika banyak pendapat tentang gelombang, antara lain Maxwel tahun 1879 dan Herst tahun 1887, yang berpendapat bahwa cahaya merupakan salah satu spektrum dari gelombang elekromagnetik.

 

Hari ini, banyak aktivitas kita yang dihubungkan dengan gelombang, lebih tepatnya yang menyerupai gelombang transversal. Baik kehidupan sosial, politik, mekanika, dan budaya. Gelombang berbeda dengan ombak, makanya dalam istilah geomorfologi, ada yang disebut lahan berombak dan juga ada yang dikenal lahan bergelombang. Hidup juga berombak dan bergelombang, kadang naik dan kadang turun. Jika turunnya tidak jauh, maka itulah kehidupan penuh liku nan berombak, namun jika turun dan naiknya jauh, maka itulah gelombang kehidupan.

 

Dalam keseharian, kita tidak pernah mendengar hidup yang berombak, tapi yang kita dengar adalah gelombang kehidupan. Ini menunjukkan betapa tingginya turun naik kehidupan yang harus kita jalani.

 

Bahkan ketika kita memandang seorang gadis, sering juga dihubungkan dengan berombak dan bergelombang. Rupawannya seorang gadis karena rambutnya yang berombak bagaikan kelembutan alunan sepoi angin samudera.

 

Seperti halnya, kerinduan besar sastrawan Rusia, K Plotnikova untuk berjumpa dengan seorang gadis pujaannya berambut gelombang di tengah ganasnya perang dunia ke dua, yang ia rangkai dalam kalimat prosa menarik “kita sudah berjanji untuk bertemu sayang, sembunyi, di antara mata-mata yang  memegang palu akhir hidup kita. Aku rindu membelai rambutmu yang bergelombang  itu, sebagaimana engkau rindu sebelum peluru musuh menerjang jantung ku”.

 

Ketika kehidupan sulit, kita juga sering menterjemahkan sebagai gelombang kehidupan. Kadang naik kadang turun dalam ayunan arus dunia. Ketika cinta mendera, juga disebut sebagai gelombang cinta, dimana tak tahu entah kapan akan berlabuh. Pada saat tahun politik seperti saat ini, juga banyak kawan-kawan yang dihantam gelombang politik. Ada yang tak bisa mempertahankan jabatan ketua partai, bahkan tak dapat menjadi calon karena tak mampu mengikuti arus gelombang politik yang penuh riak dan arus balik.

 

Baru-baru ini seorang sahabat saya, lama berdiskusi tentang hantaman gelombang politik yang sangat dahsyat, sehingga beliau terpaksa pindah ke partai lain. Pada hal beliau sudah lama membesarkan partai tersebut, sehingga ketika kepengurusan pusat bertukar, beliau termasuk yang tersapu gelombang. Telah mencoba mengikuti arus, tapi tersandar pada benjolan batu karang, sehingga berdarah-darah, dan terkulai. Menyerah. Itukah yang disebut gelombang demokrasi ?

 

Samuel Huntington, ahli politik kondang dari USA, membagi gelombang demokrasi dalam tiga bagian, yakni gelombang pertama yang melahirkan nasionalisme dan sekaligus para pemimpin otoriter/diktator, gelombang kedua yakni kekejaman ekonomi dan kapitalisme yang menjerat hutang negara berkembang dan perang dunia ke dua; gelombang ke tiga adalah ditandai dengan menyatunya ekonomi politik internasional dan makin berperannya masyarakat sipil.

 

Gelombang pertama melahirkan  pemimpin otoriter dan fasis, sehingga banyak negara-negara barat dan Asia yang terlantar dalam perang yang tak berkesudahan. Namun pada masa sulit itu, muncul banyak inovasi yang melahirkan temuan-temuan baru seperti dinamit, mesin uap, listrik, hingga sastra-sastra berkelas.  Jadi disela gelombang yang terjal kadang juga muncul inovasi yang mengubah dunia.

 

Sedangkan gelombang kedua memunculkan kapitalisme yang kejam, hingga memunculkan teori sistem dunia, yang membagi dunia penghasil mesin, dan dunia penghasil bahan mentah. Bahkan memperkuat perbudakan. Dalam masa ini muncul Perang Dunia yang kejam karena ada negara-negara yang ingin menguasai dunia.

 

Pada gelombang ketiga, disamping adanya penyatuan pada beberapa tempat dunia, seperti Uni Eropa, AFTA, APEC, namun juga muncul saling kebencian luar biasa antara sesama umat manusia yang tak sepaham. Misalnya, muncul fenomena teroris dan gerakan radikal berbasiskan paham dan keyakinan. Seperti ramalah Huntington, bahwa akan ada gelombang struktural yang luar biasa menyenggol peradaban. Barangkali ini muncul akibat kurangnya penyadaran atas pendidikan dogmatis yang makin gencar pada beberapa pusat pendidikan. Dogmatis bahwa kebenaran milik kelompok tertentu, dan menyalahkan orang lain yang tidak segolongan atas paham yang sempit. Sedang berada di manakah dunia politik dan demokrasi kita ?

 

Dalam birokrasi juga ada gelombang, kadang bisa dahsyat, namun kadang juga bisa lembut dalam ayunan harapan berkepanjangan. Jika dahsyat akan terpinggirkan dan tersapu merayap di hamparan pulau berbatu berkarang, namun jika lembut diayunkan oleh gelombang kecil yang tak kunjung mengantar ke pantai harapan.  Ya, ternyata tak ada jalan yang benar benar  datar, selalu ada gelombang, demikian juga kehidupan. Mari kita berjuang mengendalikan perahu kita masing masing di tengah deraan gelombang menghadapi kehidupan yang sepanjang sejarah peradaban umat manusia: gelombang adalah keharusan yang harus dilalui hingga sampai ke tempat peristirahatan terakhir.  Oleh karena itu, alangkah bijaknya kita merenungkan beberapa kalimat Muhamad Iqbal dalam bukunya “Sang Nabi” : Jangan biarkan gelombang memisahkan kita yang bertahun-tahun telah kita lewatkan. Oleh karena itu, berlayarlah melewati gelombang kehidupan dengan akalmu sebagai kemudi, dan nafsumu/hasrat sebagai layarmu. Sebab jika akal sendirian ia akan menjadi kekuatan yang membatasi, namun jika nafsu/ hasrat  tidak terawasi akal, ia akan membakar dirimu sendiri. Biarlah jiwamu meng-agungkan akalmu hingga sejajar dengan hasratmu agar engkau bisa bernyanyi.  Wass....

 

Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan Portal Resmi Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan merupakan Wadah informasi bagi masyarakat dari pemerintah. Kabupaten Pesisir Selatan adalah sebuah kabupaten di Sumatera Barat, Indonesia. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 5.749,89 km² dan populasi ±420.000 jiwa. Ibu kotanya ialah Painan.
© 2024 Kabupaten Pesisir Selatan. Follow Me : Facebook Youtube