Headline News

header-int

Motivasi Petani, Keltan Mulia Holti Kencana Kembangkan Bawang Merah Pada Lahan Terlantar

Jumat, 12 Januari 2018, 08:28:39 WIB - 582 | Kontributor : Yoni Syafrizal

Motivasi Petani, Keltan Mulia Holti Kencana Kembangkan Bawang Merah Pada Lahan Terlantar  

Cukup luasnya lahan terlantar karena tidak diolah oleh masyarakat petani, menimbulkan keprihatinan bagi Mulyadi 46, warga Kampung Koto Panjang Nagari Koto Nan Tigo Utara Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel).

Agar lahan yang subur dan cukup luas itu kembali produktif, sehingga dia mengajak para petani di nagari itu untuk mengembangkan tanaman bawang merah dataran rendah.

Painan, 8 Januari 2018 --Nagari Koto Nan Tigo Utara merupakan salah satu nagari di Kecamatan Sutera yang memiliki potensi yang cukup besar di sektor pertanian.

Namun potensi itu tidak dimaksimalkan akibat para petani lebih cendrung menjadi buruh upah pada lahan perkebunan gambir, ketimbang mengolah lahan miliknya.

Bawang merah merupakan salah satu komuditi yang belum begitu diminati oleh masyarakat Pessel, bahkan juga di Nagari Koto Nan Tigo Utara Kecamatan Sutera.

Tidak diminati bukan berarti tanaman itu tidak bisa tumbuh, namun memang karena para petani tidak mengetahui kalau tanaman itu ternyata juga bisa tumbuh subur di Pessel.

Demikian diungkapkan Mulyadi, ketua kelompok tani (Keltan) Mulia Holti Kencana Kampung Koto Panjang Nagari Koto Nan Tigo Utara Kecamatan Sutera kepada pesisirselatan.go.id Senin (8/1).

" Mengembangkan tanaman bawang merah dataran rendah sebagai mana saya lakukan saat ini bersama 16 anggota kelompok lainya, memang diawali dengan banyak tantangan. Saya katakan demikian, sebab ketika pertama saya memulai dua tahun lalu, sebagian besar warga menganggap usaha ini akan sia-sia. Sebab sebelumnya, bahkan sejak nenek moyang, memang tidak ada masyarakat yang menanam bawang di nagari ini," katanya.

Walau demikian, namun semua itu dihadapinya dengan sabar, yang tentunya diiringi dengan penuh keyakinan bahwa usaha yang dia rintis itu akan menuai keberhasilan.

" Saya memiliki keyakinan bahwa bawang merah dataran rendah ini, akan bisa tumbuh subur di nagari ini. Karena sebelum melakukan pengembangan waktu itu, saya memang telah terlebih dahulu belajar pada Keltan Murni yang terdapat di Nagari Surantiah," ungkapnya.

Karena dengan kayakinan itu, sehingga dia mengajak petani untuk mengembangkanya pada lahan-lahan terlantar karena ditinggalkan oleh sipemilik.

" Karena tidak semua petani yang mau diajak, sehingga lahan terlantar yang kembali produktif hanya seluas 0,75 hektare saja. Pada lahan  seluas itu, saya bersama beberapa petani lainya mulai merintis menanam bawang merah," ujarnya.

Dengan penuh keyakinan disamping juga didukung oleh kesuburan lahan, sehingga bawang yang ditanamnya tumbuh dengan subur, serta juga memiliki kualitas yang bagus.

" Ini menjadi awal kesuksesan bagi saya dalam meyakinkan para petani untuk beralih menanam bawang merah dataran rendah di sini. Sekarang antusias petani untuk menanam bawang telah sangat tinggi di nagari ini," jelasnya.

Lebih jauh dijelaskan bahwa saat ini anggota yang bergabung dengan Keltan Mulia Holti Kencana, mengembangkan lahan seluas 2 hektare melalui program pemerintah.

" Lahan seluas 2 hekatere ini, saya kembangkan bersama 16 anggota kelompok. Namun di luar anggota kelompok, ternyata sudah banyak juga masyarakat pentani yang mengembangkanya. Ini jelas menjadi kepuasan tersendiri bagi saya, serta dengan senang hati pula membagi ilmu yang saya miliki dengan mereka bila dibutuhkan," ujarnya.

Dijelaskanya bahwa luas lahan terlantar yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai perkebunan bawang merah dataran rendah di nagari itu, ada seluas 20 hektare.

" Secara khusus lahan yang saya tanami bawang merah sebagai mana saat ini, memiliki kesuburan yang cukup tinggi, sebab melalui panen yang saya lakukan sekarang, produksi per hektarenya mencapi 27 ton, sementara saat ini rata-rata produksi per hektare di Pessel baru sebasar 18 ton," terangnya.
   
Dengan harga penjualan petani Rp 14 ribu per kilogram sebagai saat ini, sehingga sangatlah menguntungkan.

" Sebab dengan modal Rp 75 juta per hektare dengan masa yang dihabiskan selama 60 hari, bisa mendatangkan uang sebesar Rp 252 juta, itu bila dirata-ratakan 18 ton per hektare, bukan 27 ton sebagai mana pada lahan yang ini. Hasil panen ini, oleh pedagang di jual ke Bangko Provinsi Jambi" ujarnya lagi.

Ditambahkan lagi bahwa saat ini dia bersama anggota lainya juga tengah melakukan penggarapan untuk pengembangan lahan seluas 3 hektare lagi.

" Agar dalam menghadapi musim kemarau tidak kesulitan untuk menyiram tanaman, sehingga saya bersama anggota kelompok berharap agar pemerintah memberikan bantuan alat pompa air. Sedangkan alat untuk penggembur tanah, sudah kami miliki 1 unit, dan ini juga bisa dimanfaatkan oleh masyarakat petani lainya yang tidak tergabung dalam kelompok, jika mereka membutuhkan," jelasnya lagi.

Camat Sutera, Fachrudin saat dihubungi pesisirselatan.go.id menyampaikan bahwa bawang merah memang telah menjadi salah satu komoditi yang diidolahkan oleh masyarakat petani di nagari, khususnya di Kecamatan Sutera.  

" Semua itu memang tidak lepas dari keberhasilan yang diraih Mulyadi bersama 16 anggota kelompoknya dalam melakukan pengembangan tanaman ini," ujarnya.

Dia menambahkan bahwa melalui pengembangan sayuran bawang merah dataran rendah itu, semua lahan terlantar akan berubah menjadi lahan produktif nantinya di Kecamatan Sutera ini, umumnya Pesisir Selatan," tutupnya. (05) 

Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan Portal Resmi Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan merupakan Wadah informasi bagi masyarakat dari pemerintah. Kabupaten Pesisir Selatan adalah sebuah kabupaten di Sumatera Barat, Indonesia. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 5.749,89 km² dan populasi ±420.000 jiwa. Ibu kotanya ialah Painan.
© 2024 Kabupaten Pesisir Selatan. Follow Me : Facebook Youtube