Headline News

header-int

Tradisi Balimau: Ritual Sakral yang berbasis adat basandi syarak

Jumat, 18 Mei 2018, 11:38:55 WIB - 2904 | Kontributor :

Mengakhiri bulan Sya’ban dan memasuki Bulan Ramadhan, sesungguhnya adalah sebuah peristiwa penting dan sakral bagi masyarakat muslim termasuk di  Pesisir Selatan. Bulan Sya’ban adalah “bulan pembersihan” sebelum kita, umat Islam, memasuki Bulan Suci Ramadhan untuk dengan gembira melaksanakan berbagai ibadah, baik siang maupun malam.

Pada hari terakhir bulan Sya’ban tanggal 16 Mei 2018 yang lalu, di banyak nagari dilakukan prosesi balimau dalam selimut adat basandi syarak, sebagai ungkapan gembira menyambut bulan ramadhan. Balimau sendiri dilaksanakan dengan berbagai tradisi, yang tetap mengacu pada adat basandi syarak. Dengan demikian, berbeda dengan acara balimau yang dilakukan di banyak tempat di Sumateta Barat. Sebagian masyarakat kita dan anak-anak muda pergi bermandi-mandi ke sungai, bercampur baur. Me-artikan balimau, sebagai acara mandi-mandi di tempat pemandian umum.  

Pada masing-masing nagari di Pesisir Selatan, istilah balimau dikenal dengan  beberapa sebutan. Ada yang menyebut balimau paga, balimau, turun ke air, dan ptang balimau. Prinsipnya balimau tetap sama yakni proses puncak pembersihan diri yang telah dilakukan selama bulan Sya’ban untuk memasuki bulan Suci Ramadhan.

Para penghulu, ninik mamak, cadiak pandai, dan masyarakat hadir di suatu tanah lapang di pinggir sungai setelah syalat Ashar. Tiap kaum atau suku membawa satu atau dua ‘bawaan’ limau yang dihiasi dengan tradisi suku masing masing. Pada setiap bawaan akan diberi tanda, bahwa limau tersebut merupakan bawaan dari suku masing masing. Limau yang dibawa bukanlah yang aneh-aneh, tapi tetap dalam konteks limau keseharian kita, yakni asam limau purut atau asam biasa, yang sudah direndam dalam suatu wadah, bunga rampai dan dauh-daunan pengharum, serta bedak beras.

Bawaan ini di arak dari mesjid besar di nagari menuju pinggir sungai tempat berlangsungnya acara. Dan biasanya diiiringi dengan talempong dan berbagai kesenian anak nagari, tanda gembira menyambut datangnya bulang Suci ramadhan.

Di Inderapura kecamatan Pancung Soal, di bekas ibukota kerajaan Inderapura tempo dulu, prosesi balimau disebut ‘ptang balimau’. Acara ptang balimau dilakukan dengan proses budaya yang menampilkan berbagai kekayaan ritual dan pusaka bekas kerajaan.  Sangat meriah. Berbagai lapisan masyarakat turun dan ikut menyaksikan dan sekaligus ikut balimau. Ada banyak undangan dari luar daerah, terutama daerah-daerah bekas bagian dari kerajaan Indrapura masa lalu, seperti dari Muko-moku, Kerinci dan Sungaipenuh.

Pada acara ptang balimau ini hadir semua unsur kerajaan.  Penghulu yakni Rangkayo nan duopuluh memakai pakaian kebesaran, para imam kerajaan, bundo kanduang, dubalang kerajaan. Pihak yang mewakili keturunan kerajaan memakai pakaian kebesaran raja tempo dulu dilengkapi tombak jangguik tinggi, diarak dengan menggunakan talempong, rabana, dan puput khas kerajaan. Dalam hal ini, karena Raja di kerajaan Inderapura tidak hanya sebagai kepala negara dan pemerintahan tetapi juga sebagai kalifatullah, pengayom dan pembela agama Islam sebagai agama kerajaan.

Di dahului bawaan bundo kanduang dari masing-masing suku, puput khas kerajaan dan pukulan beduk. Sedangkan di belakang raja berbaris rapi para rangkayo nan duo puluh, prajurit kerajaan, pengawal kerajaan, dan masyarakat umun.

Prosesi ini dimulai dengan makan bajamba di pelataran mesjid agung kerajaan, mesjid yang dibangun pada tahun 1517 yang lalu, oleh Raja –raja Inderapura. Mesjid ini masih megah dan terawat hingga saat ini. Semua rangkayo, raja, keluarga raja, undangan dan masyarakat makan bersama terlebih dulu, dengan bersila, yakni ‘duduk sama randah, tagak samo tinggi’. Setelah selesai makan dilanjutkan dengan pelepasan prosesi oleh imam kerajaan : berbaris, berjalan menuju pelabuhan Muarasakai. Sesampai di pelabuhan dilakukan upacara yang didahului dengan tampilan berbagai acara kesenian masa lalu yang terpelihara hingga saat ini.

Pada prosesi ini ditampikan pepatah petitih khas Inderapura, penampilan tari kain yang legendaris itu, tari betan, tari sikambang, tari babui, dan tari dindin. Tari-tari ini tidak atau jarang dikenal adalam tari tradisi minangkabau di tempat lain. Ini pertanda bahwa kerajaan Inderapura kaya dengan tradisi yang tidak ada di tempat lain di Sumatera Barat. Selamat berpuasa dan beribadah.........  

 

Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan Portal Resmi Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan merupakan Wadah informasi bagi masyarakat dari pemerintah. Kabupaten Pesisir Selatan adalah sebuah kabupaten di Sumatera Barat, Indonesia. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 5.749,89 km² dan populasi ±420.000 jiwa. Ibu kotanya ialah Painan.
© 2024 Kabupaten Pesisir Selatan. Follow Me : Facebook Youtube