Headline News

header-int

28-2-2018 : Bayangan Putih yang mengejutkan

Rabu, 28 Februari 2018, 08:01:42 WIB - 960 | Kontributor :

Semua yang hadir terdiam, tak ada lagi yang bertanya. Menundukkan kepala merenung setiap kata demi kata  yang disampaikan Tuo Kambang. Selanjutnya penasehat senior itu meneruskan  harapan-harapan kepada semua yang hadir.   

“Pengalaman telah mengajarkan kita semua”, lanjut Tuo Kambang, “bahwa intrik dalam istana telah menyebabkan kehancuran kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Kediri. Kemunduran Majapahit juga bukan karena musuh, atau menguatnya Kerajaan Demak di Pantai Utara Jawa, tapi intrik dan isu isu antara sesama cucu dan menantu Sangrama Wijaya, pendiri kerajaan besar itu”, sambil matanya melayangkan pandangan ke atas bumbungan ruangan.

Semua yang hadir tertegun dengan pengalaman Tuo kambang yang amat banyak, dan bisa mencotohkan  kejadian-kejadian di banyak tempat. Semua terpana dan hanya diam saja sambil terus mendengar wejangan penasehat Sultan tersebut.  “Demikian juga dengan kekalahan Malaka dari Portugis tahun 1511 lebih banyak disebabkan intrik dalam istana Malaka sehingga tenaga terkuras untuk menyelesaikan masalah yang ditimbulkannya. Hal ini telah membuat lemahnya kekuatan Malaka sehingga dengan mudah diduduki Portugis. Dalam pertempuran selama 2 hari, dan  hanya dengan beberapa kapal perang dan ratusan tentara Portugis serta  prajurit Goa yang tak terlatih dari semenanjung India, Malaka berhasil mereka duduki”. Dia berhenti berkata.

Telinganya yang amat terlatih seperti mendengar sesuatu. Ada desingan dan gerakan langkah, pikir Tuo Kambang. Menteri keamanan, Rangkayo Rajo Prang, dan panglima divisi Panamban juga mendengar suara gerakan yang amat ringan. Ada gerakan halus di sekitar ruangan, pikir Rajo Prang waspada.

Dengan tetap tenang Tuo Kambang melanjutkan “Oleh karena itu. Lebih baik terus terang dari pada berbicara di belakang atau di luar rapat yang akan membuat kecurigaan, permusuhan, rasa tidak senang, dan memperlebar hal yang tidak seharusnya. Akan muncul saling hasut, saling fitnah, dan saling mencurigai. Kita berbicara mungkin sebatas dua kalimat, akan disambung sambung menjadi banyak kalimat, sehingga menjadi fitnah. Oleh karena itu saya harapkan kepada kita semua, mari kita laksanakan titah Sultan dengan tidak banyak komentar dan tak usah dibahas lagi. Terimakasih”.

Seiring pesannya yang terakhir dan ketika rapat akan bubar, sebuah bayangan putih melayang secepat kilat di dalam ruangan itu. Kemudian menghilang kebumbungan ruangan. Gerakannya cepat sekali.  Mata biasa sulit untuk mengikuti kilatan itu. Tuo kambang tertegun sejenak, dan segera mengambil Tombak Jangguik Tinggi yang terkenal sakti, yang dari tadi disandarkannya ke sisi kursi tempat duduknya. Sedangkan yang lainnya bersiap dan sangat waspada. Menteri keamanan langsung memegang gagang keris sari indojati yang terkenal beracun, yang selalu terselip di pinggangnya. 

Di tengah kewaspadaan semua mata yang melihat ke setiap sudut ruangan, namun tak ada yang terlihat,  terdengar suara bergetar dan berwibawa “ku harap kalian yang duduk dalam ruangan ini punya niat dan nyali untuk mempertahankan setiap jengkal tanah kerajaan yang sudah diperjuangkan dengan susah payah”. Seluruh yang hadir mencari sumber suara yang menggetarkan itu, tapi tak terlihat wujud yang baru bicara.

“Tamu ku yang tak diundang. Tolong perlihatkan diri ki sanak agar kita bisa berjabat tangan, sebagai tanda kita bersilaturahim. Mana tahu ki sanak adalah salah satu orang terbaik yang dapat membantu kerajaan ”, pinta Tuo Kambang dengan tenang, tapi waspada dengan matanya yang melirik-lirik ke atas dan kiri kanan ruangan.

“Ya Abdul Halim gelar Tuo Kambang, aku sama dengan mu, adalah orang yang juga mencintai Sultan dan kerajaan Inderapura ini. Jauh ketika engkau belum ke sini, aku sudah mengabdi di kerajaan ini. Aku adalah sejarah masa lalu.  Aku mencintai kerajaan ini. Itulah sebabnya aku akan tetap hadir di setiap kejadian yang merisaukan di kerajaan ini, guna membantu Sultan. Biar sekali pun Sultan tak harus tahu atas kehadiran ku”, jelas suara misterius itu.

“Ya. Ki sanak kok tahu nama ku? Apa gerangan yang bisa ki sanak sampaikan, biar ku dengar dengan baik”, pinta Tuo Kambang, mulai mengendurkan kewaspadaannya mendengar maksud baik orang misterius itu.

“Pastilah aku kenal dengan Tuo Kambang, orang sakti dari kambang, daerah di utara kerajaan, sebagai salah seorang  tonggak penopang kerajaan yang amat baik dan iklas dalam membela kerajaan saat ini. Tolong sampaikan kehadapan Sultan. Lepaslah besok ke dua misi yang akan berangkat dengan doa oleh Imam Kerajaan. Iringilah keberangkatan besok pagi dengan persembahan Tari Kain.  Aku akan mengikuti dan mengawal misi yang ke Pariaman, karena itu misi yang sangat penting. Tuo kambang.., Aku akan tetap menjadi bagian dari setiap perjuangan kerajaan ini, sebelum aku menjadi debu sejarah masa lalu. Nanti jika misi telah selesai, pada purnama yang akan datang, jika Allah telah menjanjikan, Aku akan menunggu Tuo kambang di pertemuan Batang Tepan dengan Batang Lunang untuk sekedar  berjabat tangan”, seiring kalimatnya yang terakhir,  terdengar gerakan cepat, dan bayangan itu melayang jauh.

Tua kambang dan semua yang hadir saling memandang satu sama lain. Orang misterius itu telah lenyap tanpa Tuo Kambang dapat menyampaikan kalimat perpisahannya. Hanya saja Tua kambang dan semua yang hadir terkejut dengan permintaan orang misterius itu yang terasa aneh. Dia minta misi kapal dilepas pula dengan Tari Kain.

“Tari Kain ? apa hubungannya!. Kenapa harus tari Kain. Kejadian ini harus segera dilaporkan kepada Sultan, agar semua menjadi jelas apa maksud dan tujuannya orang misterus itu datang”, pikir Tuo kambang sambil mengangguk-anggukan kepala, dan tak mengerti periha asal usul tari kain.

Akhirnya, Menteri Keamanan memecah suasana yang mencekam, “Ayo kita bubar dan kembali ke tempat masing masing. Kejadian yang baru terjadi biarlah berlalu. Mari kita diamkan semua, agar tidak menjadi berbagai isu pula seperti nasehat dan arahan dari Tuo kambang tadi”. Dan semua bubar, yang barangkali bermacam pertanyaan berkecamuk di setiap kepala dalam perjalanan pulang.

“Mohon Menteri Seni dan Kebudayaan, Rangkayo Rajo bungsu, mempersiapkan Tari Kain” sambil melangkah Tuo Kambang meminta Rangkayo Rajo Bungsu mempersiapkan Tari kain, seperti yang dimintakan orang misterius tadi.  Penasehat senior itu terus beranjak pergi,  menyusuri istana, menuju Kamar Utama Sultan, melaporkan pertemuan yang baru selesai dan kejadian yang baru saja terjadi. Bersambung.......

 

Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan Portal Resmi Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan merupakan Wadah informasi bagi masyarakat dari pemerintah. Kabupaten Pesisir Selatan adalah sebuah kabupaten di Sumatera Barat, Indonesia. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 5.749,89 km² dan populasi ±420.000 jiwa. Ibu kotanya ialah Painan.
© 2024 Kabupaten Pesisir Selatan. Follow Me : Facebook Youtube