Headline News

header-int

Jembatan Akar Puluik Puluik, Salah Satu Destinasi Wisata Unggulan Dari Pesisir Selatan

Selasa, 20 Agustus 2019, 16:30:47 WIB - 1772 | Kontributor : Yoni Syafrizal
Jembatan Akar Puluik Puluik, Salah Satu Destinasi Wisata Unggulan Dari Pesisir Selatan

Pesisir Selatan --Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel) menjadikan sektor pariwisata sebagai salah satu unggulan.

Keunggulan itu memang berkat anugerah dan dukungan potensi yang dimiliki. Bahkan dengan semakin menggeliatnya pariwisata di daerah itu, gairah ekonomi masyarakat disekitar lokasi juga semakin membaik pula.

Semua itu memang dampak dari lonjakan kunjungan yang selalu meningkat dari hari ke hari.

Selain kawasan wisata Mandeh di Kecamatan Koto XI Tarusan, dan Pantai Carocok Painan, ternyata daerah itu juga memiliki banyak potensi waisata lainya yang tidak kalah menarik.

Salah satunya adalah kawasan wisata Jembatan Akar yang terdapat di Nagari Puluik Puluik Kecamatan Bayang Utara.

Walau diakui unik karena hanya satu-satunya di dunia, namun lokasi itu tidak semendunia kawasan Wisata Mandeh dan Pantai Carocok Painan.

Kondisi itu dapat dilihat dari tingkat kunjungan masyarakat yang masih terlihat sepi, walau pada hari-hari libur.

Jembatan akar yang lebih dikenal dengan sebutan titian akar oleh masyarakat setempat, merupakan salah satu kekayaan alam yang sangat berpotensi membuat Pessel semakin dikenal di bidang kepariwisataan.

Kawasan Wisata Jembatan Akar  yang terdapat di Nagari Puluik Puluik Kecamatan Bayang Utara Pessel, berjarak sekitar 25 kilometer dari Pasar Baru Kecamatan Bayang.

Lebih dari satu abad yang lalu, di Kampung Puluik Puluik yang saat ini sudah dimekarkan menjadi Nagari Puluik Puluik lahirlah seorang anak yang kemudian tumbuh menjadi seorang pemuda kreatif.

Anak itu bernama Sokan, namun oleh masyarakat setempat anak yang kreatif itu setelah dewasa akrap dipanggil Pakiah Sokan. Gelar Pakiah itu disandang karena dia memang memiliki kepedulian sosial yang tinggi, serta juga piawai dalam mencari solusi dan persoalan sosial yang terjadi di masyarakat.

Semasa hidupnya, baik ketika masih belia hingga dewasa, otaknya selalu berfikir  mencari solusi terhadap berbagai persoalan yang terjadi di masyarakat. Termasuk juga terhadap minimnya sarana transportasi di kampungnya.

Katika itu yang paling mendesak menurutnya adalah sarana penghubung antara kampung Puluik Puluik dengan kampung Lubuk Silau yang dibatasi oleh sungai Batang Bayang.

Agar sarana penghubung dua kampung itu bisa teratasi, maka perlu dibangun sebuah jembatan. Tapi keterbatasan material baik semen, besi dan lainya, menjadi penghalang solusi pembangunan jembatan tidak bisa dilakukan oleh masyarakat saat itu.

Sebab Kampung Pulik Pulik yang berjarak sekitar 25 kilometer dari dari pasar Baru Bayang ketika itu, selain sulit dijangkau dari daerah luar, berbagai kebutuhan untuk membangun jembatan juga tidak bisa didapat.    

Pakia Sokan yang tinggal tidak jauh dari lokasi jembatan akar saat itu, merasa miris setiap kali menyaksikan warga kampung yang juga tentu anak keponakannya sendiri di Lubuak Silau yang selalu menyeberangi sungai untuk pergi ke pasar atau sekedar ke Puluik Puluik.

Kalaupun ada jembatan, paling bagusnya terbuat dari bambu yang lebih pas disebut titian. Tapi setiap kali air sungai meluap atau besar, jembatan yang terbuat dari bambu itu akan terbawa arus air pula. Bahkan penyeberangan seperti itu juga sangat membahayakan keselamatan.  

Beranjak dari kondisi dan besarnya resiko dengan menyeberang di atas titian bambu, sehingga terfikirlah oleh Pakia Sokan untuk  membuat jembatan dari akar.

Sebelum jembatan akar dibangun, Pakia Sokan  melakukan survei terlebih dahulu terhadap jenis kayu yang memiliki akar kuat dan panjang, dan bisa menyatu satu sama lainnya.

Berbagai jenis kayu yang ada di hutan sekitar kampung itu dipelajarinya. Uji cobapun dilakukan terhadap berbagai jenis kayu tanpa pantang menyerah hingga akhirnya pilihan jatuh pada jenis kayu pohon kubang dan beringin.

Setelah melalui pertimbangan yang matang baik terhadap kekuatan pohon dan kekuatan akar dan lainya. Sehingga tahun 1916 Pakia Sokan mulai menanam dua jenis pohon pilihanya itu, yakni pohon kubang dan beringin.

Dua jenis pohon ini, masing-masing ditanam secara berseberangan. Dimana sebelah Kampung Pului Puluik ditanam pohon Kubang dan diseberang sebelah Dusun Lubuak Silau ditanam pohon beringin.

Pohon yang sudah ditanam itu oleh Pakia Sokan tidak dibiarkan tumbuh begitu saja, tapi juga dirawat hingga tumbuh menjadi dua pohon yang besar. Setelah itu, barulah dipasangnya bambu sebagai titian.

Karena kayu yang ditanam semakin besar dan subur, akar-akarnya pun mulai banyak dan juga memanjang. Mulailah Pakia Sokan menjalin atau menganyam akar ini satu persatu mengikuti titian bambu yang terpasang, sebagai mana diceritakan Riko Eka Putra 40, cucu Pakia Sokan, saat berkunjung beberapa waktu lalu.

"Tanpa mengabaikan tugas utama sebagai pencari nafka bagi anak dan istri saat itu, setiap hari angku (kakek red) saya menjalin akar demi akar. Upaya dan kerja keras tanpa pamrih dan pujian itu ternyata membuahkan hasil. Sebab akar yang beliau jalin itu berubah menjadi sebuah jembatan yang saat ini dikenal dengan sebutan jembatan akar," katanya.

Disampaikanya bahwa Jembatan Akar yang sudah berdiri kokoh saat ini, mulai dikenalkan pada tahun sembilan puluhan sebagai salah satu objek wisata di Pessel.

"Walau unik dan tiada duanya di dunia, namun geliat kunjungan tidak semembludak kawasan Wisata Mandeh dan Pantai Carocok Painan. Dari itu upaya dan kerjakeras yang telah dirintis oleh angku Pakia Sokan ini, perlu lebih dimaksimalkan oleh Pemda Pessel melalui instansi terkait. Sebab menghadirkan sebuah keunikan yang alami sebagai mana keberadaan jembatan akar di Puluik Pulik ini, tidaklah mudah dan membutuhkan waktu, kesabaran dan perjuangan yang panjang. Itu telah ditorehkan oleh tangan terampil Pakia Sokan," ungkapnya.

Yusmardi Datuak Mandaro Kayo, salah seorang tokoh masyarakat Bayang Utara yang juga ketika ditanya juga mengakui bahwa keberadaan jembatan akar di kampungnya itu memang berkat usaha dan perjauangan yang dilakukan Pakia Sokan.

"Pakia Sokan ketika hidupnya juga seorang ulama, dia memiliki banyak murid mengaji. Diantara muridnya itu juga ada yang setiap hari menyeberangi sungai untuk sampai ke surau tempat ia mengajar ilmu agama di Lubuk Silau. Karena kasihan dan was-was terhadap keselamatan mereka, sehingga terpanggilah hatinya untuk membuat jembatan dari jalinan akar pohon kubang dan beringin yang sengaja dia tanam," jelasnya.

Ditambahkan Yusmardi, setelah dua jenis pohon yang ditanam sekitar tahun 1916 itu tumbuh besar, Pakia Sokan setidaknya membutuhkan waktu selama 26 tahun untuk membangun jembatan itu hingga bisa ditempuh oleh warga untuk menyeberang.

"Sekarang jembatan akar yang sudah berusia sekitar 103 tahun ini, memang telah menjadi salah satu kawasan wisata di Pessel. Kebaradaanya yang unik, menjadi daya tarik untuk didatangi. Namun geliat kunjungan belum begitu banyak, walau diantara yang datang ke lokasi itu juga berasal dari berbagai daerah di Sumbar, termasuk luar dari luar provinsi," ucapnya.

Hermansyah 53, salah seorang pengunjung yang berasal dari Pekanbaru saat ditemui di lokasi Jembatan Akar Puluik Puluik Kamis lalu mengatakan bahwa dia memang sengaja datang ke lokasi itu untuk melihat secara dekat keunikan jembatan akar.

"Saya bersama istri dan tiga anak saya memang sengaja datang ke lokasi ini untuk melihat secara dekat. Kedatangan kami ini memang karena penasaran dengan keberadaanya," ungkap Herman.

Diakuinya bahwa Jembatan Akar Puluik Puluik merupakan salah satu kawasan wisata unik yang pernah dia jumpai, dan itu hanya ada  di Pessel. Keindahan alamnya yang masih hijau, serta jernihnya aliran sungai Batang Bayang yang melintas dibawah jembatan, membuat dia merasa betah untuk berlama.

"Sebenarnya saya masih ingin untuk berlama-lama berada di kawasan ini. Sebab indahnya pemandangan dengan alamnya yang hijau, serta juga aliran sungainya yang jernih, akan membuat semua orang menjadi betah. Namun karena hari sudah soreh dan juga akan turun hujan, maka kami terpaksa bergegas untuk pulang," ungkapnya.  

Ditambahkanya bahwa karena memang tidak bisa ditemui di daerah lain bahkan secara nasional, sehingga kekayaan alam yang dimiliki ini perlu terus dijaga dan dipelihara agar tidak musnah.

Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Pessel, Hadi Susilo ketika dihubungi Jumat (16/8) mengatakan bahwa Jembatan Akar Puluik Puluik merupakan salah satu kawasan wisata unggulan yang juga tengah dipacu peningkatan sarana dan prasarana penunjangnya saat ini.

"Kita dari pemerintah daerah memang terus meningkatkan berbagai sarana dan prasaran penunjang pada semua objek wisata yang diunggulkan. Selaian di Kawasan Mandeh, Carocok Painan, Puncak Langkisau dan lainya, peningkatan berbagai infrastruktur ini juga dikembangkan Kawasan Wisata Jembatan Akar," katanya.

Ditambahkanya bahwa untuk memberikan kenyamanan bagi pengunjung, di kawasan Wisata Jembatan Akar juga dibangunan areal parkir, musholah, WC, gazebo-gazebo. Bahkan sebagai jembatan alternatif supaya jembatan akar tidak lagi dijadikan sebagai sarana satu-satutnya, dilokasi itu juga sudah dibangun jembatan gantung.

"Jembatan gantung yang berjarak sekita 100 meter arah hulu sungai itu, sekarang dijadikan sebagai sarana penyeberangan bagi warga yang tinggal di Lubuk Silau," katanya.
 
Diungkapkanya bahwa semua sarana itu bertujuan untuk memberikan kenyamanan kepada pengunjung agar tetap betah selama berada di lokasi.

"Kita berharap melalui upaya ini, kunjungan wisata ke jembatan akar Puluik Puluik akan semakin meningkat lagi di masa datang," timpalnya berharap. (05)

Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan Portal Resmi Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan merupakan Wadah informasi bagi masyarakat dari pemerintah. Kabupaten Pesisir Selatan adalah sebuah kabupaten di Sumatera Barat, Indonesia. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 5.749,89 km² dan populasi ±420.000 jiwa. Ibu kotanya ialah Painan.
© 2024 Kabupaten Pesisir Selatan. Follow Me : Facebook Youtube