Headline News

header-int

Menghadapi Musim Pancaroba: Menjaga Kesehatan di Tengah Perubahan Cuaca

Rabu, 08 Oktober 2025, 00:33:46 WIB - 74 | Kontributor : Jordi L Maulana, S.STP
Menghadapi Musim Pancaroba: Menjaga Kesehatan di Tengah Perubahan Cuaca

Indonesia dikenal sebagai negara tropis dengan dua musim utama, yakni musim hujan dan musim kemarau. Di antara kedua musim tersebut terdapat masa transisi yang disebut dengan musim pancaroba. Pancaroba biasanya terjadi dua kali dalam setahun, yakni dari musim hujan ke musim kemarau dan sebaliknya. Masa ini seringkali menimbulkan tantangan tersendiri bagi masyarakat, baik dari sisi kesehatan, lingkungan, maupun aktivitas sehari-hari. Perubahan cuaca yang tidak menentu membuat pancaroba menjadi periode yang perlu diantisipasi dengan baik.

Secara meteorologis, pancaroba ditandai dengan kondisi cuaca yang berubah-ubah dalam waktu singkat. Pagi bisa terasa sangat panas, siang hari cerah terik, tetapi sore menjelang malam tiba-tiba hujan deras disertai petir dan angin kencang. Hujan pada musim pancaroba sering bersifat lokal dan singkat, namun intensitasnya cukup tinggi. Fenomena ini terjadi karena adanya pergeseran angin monsun serta pertemuan massa udara dari arah yang berbeda sehingga memicu pembentukan awan konvektif yang membawa hujan lebat.

Dari sisi kesehatan, musim pancaroba sering menjadi periode di mana daya tahan tubuh masyarakat mudah menurun. Perubahan suhu yang ekstrem, dari panas ke dingin dalam waktu singkat, dapat membuat tubuh tidak cepat beradaptasi. Akibatnya, banyak penyakit yang lebih mudah menyerang seperti influenza, batuk, pilek, demam, asma kambuhan, hingga infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Selain itu, genangan air akibat hujan deras juga meningkatkan risiko munculnya penyakit berbasis lingkungan seperti demam berdarah dengue (DBD) dan diare.

Bagi anak-anak dan lansia, masa pancaroba bisa lebih berbahaya karena daya tahan tubuh mereka cenderung lebih lemah. Anak sekolah yang setiap hari beraktivitas di luar rumah lebih rentan terkena flu, sementara lansia dengan penyakit bawaan bisa mengalami komplikasi akibat perubahan cuaca. Oleh karena itu, menjaga kesehatan keluarga selama musim pancaroba menjadi prioritas yang tidak bisa diabaikan.

Ada beberapa langkah sederhana yang bisa dilakukan masyarakat untuk menjaga kesehatan di musim pancaroba. Pertama, menjaga pola makan dengan memperbanyak konsumsi buah dan sayuran segar yang kaya vitamin, terutama vitamin C dan E yang berperan penting dalam meningkatkan daya tahan tubuh. Kedua, memastikan tubuh mendapatkan cukup istirahat, minimal 7 hingga 8 jam per malam, agar sistem imun tetap kuat. Ketiga, rutin berolahraga ringan seperti jalan kaki, bersepeda, atau senam yang dapat membantu sirkulasi darah tetap lancar. Aktivitas ini tidak perlu dilakukan secara berlebihan, cukup dengan konsistensi agar tubuh tetap bugar.

Selain itu, kebersihan lingkungan juga harus menjadi perhatian utama. Pada musim pancaroba, sering ditemukan genangan air akibat hujan singkat dengan intensitas tinggi. Genangan tersebut bisa menjadi sarang nyamuk Aedes aegypti penyebab DBD. Oleh karena itu, program 3M plus yakni menguras, menutup, dan mendaur ulang wadah air harus dijalankan dengan serius. Menyemprotkan larvasida pada bak penampungan air juga bisa dilakukan untuk mencegah perkembangan jentik nyamuk. Dengan menjaga kebersihan lingkungan, risiko penyakit menular berbasis vektor dapat ditekan.

Di sisi lain, aktivitas sehari-hari masyarakat juga terpengaruh oleh musim pancaroba. Petani misalnya, seringkali menghadapi kebingungan dalam menentukan waktu tanam. Jika salah memperhitungkan musim, hasil panen bisa gagal karena tanaman tidak mendapat cukup air atau justru terendam banjir. Nelayan juga mengalami tantangan serupa karena angin yang tidak menentu membuat gelombang laut lebih berbahaya. Oleh sebab itu, informasi cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) harus selalu diperhatikan agar aktivitas ekonomi masyarakat tetap berjalan dengan aman.

Selain tantangan, pancaroba juga memberi pelajaran penting tentang pentingnya adaptasi dan kewaspadaan. Perubahan iklim global yang semakin terasa membuat musim pancaroba di beberapa wilayah menjadi lebih panjang atau tidak menentu. Fenomena ini menjadi pengingat bahwa menjaga lingkungan, mengurangi polusi, serta mengelola sumber daya alam secara bijak adalah bagian dari mitigasi dampak perubahan iklim. Masyarakat perlu menumbuhkan kesadaran bahwa apa yang terjadi di sekitar kita tidak bisa dilepaskan dari cara kita memperlakukan alam.

Dalam konteks pendidikan, sekolah dan lembaga pendidikan dapat mengambil peran penting selama musim pancaroba. Guru bisa mengingatkan murid agar selalu menjaga kebersihan diri, seperti mencuci tangan sebelum makan, membawa jas hujan atau payung, serta menggunakan masker saat cuaca berdebu atau saat kondisi tubuh sedang tidak fit. Dengan membiasakan perilaku sehat, anak-anak akan lebih siap menghadapi perubahan cuaca yang cepat.

Dari sisi pemerintah daerah maupun pusat, upaya mitigasi dan kesiapan menghadapi pancaroba juga penting. Misalnya, pemerintah dapat meningkatkan kampanye kesehatan masyarakat, memperbanyak fogging di daerah rawan DBD, serta memperkuat layanan kesehatan di puskesmas dan rumah sakit. Selain itu, penyebaran informasi cuaca yang cepat dan akurat melalui media sosial maupun aplikasi berbasis teknologi juga akan membantu masyarakat mengambil keputusan sehari-hari, seperti kapan waktu yang aman untuk bepergian atau melakukan aktivitas di luar rumah.

Di rumah tangga, setiap anggota keluarga juga bisa mengambil langkah kecil untuk menghadapi pancaroba. Menyediakan obat-obatan dasar seperti vitamin, obat flu, minyak kayu putih, atau obat demam sangat bermanfaat ketika gejala ringan muncul. Menyiapkan pakaian hangat atau selimut tambahan juga diperlukan ketika cuaca mendadak menjadi dingin. Tidak kalah penting, menyediakan makanan bergizi di rumah akan membantu seluruh anggota keluarga tetap sehat.

Penting juga untuk menekankan kesadaran bahwa kesehatan mental tidak boleh diabaikan pada musim pancaroba. Perubahan cuaca ekstrem terkadang membuat suasana hati mudah berubah. Rasa lelah, kurang motivasi, hingga stres bisa lebih sering muncul. Untuk itu, menjaga pola pikir positif, melakukan aktivitas relaksasi, serta menghabiskan waktu bersama keluarga bisa menjadi cara sederhana untuk menjaga keseimbangan mental. Kesehatan fisik dan mental adalah dua hal yang saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan.

Dengan langkah-langkah preventif dan kesadaran bersama, musim pancaroba tidak perlu ditakuti. Justru, masa transisi ini bisa menjadi momentum untuk meningkatkan kepedulian terhadap kesehatan, lingkungan, dan kesiapan menghadapi perubahan. Ketidakpastian cuaca memang tidak bisa kita kendalikan, tetapi sikap bijak dalam menjaga diri dan lingkungan akan membuat kita lebih tangguh. Pancaroba hanyalah bagian dari siklus alam yang selalu hadir, dan masyarakat Indonesia yang terbiasa hidup di wilayah tropis tentu mampu beradaptasi dengan baik.

Pada akhirnya, menghadapi musim pancaroba membutuhkan kombinasi antara pengetahuan, kebiasaan sehat, serta kepedulian lingkungan. Dari individu, keluarga, hingga pemerintah, semua memiliki peran untuk meminimalkan dampak negatif dari masa transisi ini. Dengan menjaga kesehatan tubuh, kebersihan lingkungan, serta kesiapan mental, masyarakat bisa melewati pancaroba dengan aman dan tetap produktif. Musim pancaroba bukan sekadar perubahan cuaca, tetapi juga kesempatan untuk melatih diri agar lebih tangguh menghadapi perubahan yang selalu menjadi bagian dari kehidupan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan Portal Resmi Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan merupakan Wadah informasi bagi masyarakat dari pemerintah. Kabupaten Pesisir Selatan adalah sebuah kabupaten di Sumatera Barat, Indonesia. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 5.749,89 km² dan populasi ±420.000 jiwa. Ibu kotanya ialah Painan.
© 2025 Kabupaten Pesisir Selatan. Follow Me : Facebook Youtube