Headline News

header-int

21-3-2018 : Gerakan Menentang Keputusan Sultan

Rabu, 21 Maret 2018, 07:29:30 WIB - 521 | Kontributor :

Menjelang matahari naik di ufuk timur, semua orang di ibu kota kerajaan, dikejutkan dengan  gerakan sekelompok prajurit yang bergegas ke arah pelabuhan. Entah siapa yang memberikan komando, sekelompok prajurit berpakaian lengkap, berkuda dan berbaris menuju pelabuhan Muarasakai. Rata rata  tidak menampakkan wajahnya, karena ditutup dengan kain hitam. Hanya kedua belah matanya yang terlihat, sementara wajah-wajah mereka tersembunyi di balik selimut kain hitam, yang berbentuk cadar.

Beberapa orang yang berada paling depan, seperti para komandan yang memberi aba aba. Namun ada juga kebingungan dari barisan paling belakang, yang dilihat dari caranya berbaris. Melihat kiri dan kanan. Tidak menatap ke depan. Seseorang yang paling depan menunjuk-nunjuk ke arah prajurit yang paling belakang, seperti memberi perintah agar terus melangkah ke depan menuju pelabuhan. 

Di lain pihak,  para menteri, penasehat senior kerajaan, dan para panglima yang ikut rapat masih mengantuk dan lelah dari sidang hingga larut subuh.  Demikian juga para prajurit yang dikerahkan mengawal dan menjaga istana, masih lelah karena kurang tidur. Mereka belum menyadari sepenuhnya apa yang akan terjadi. Apalagi jarak antara persimpangan jalan raya menuju pelabuhan dengan Istana cukup jauh sehingga mereka belum dapat melihat gerakan prajurit bercadar hitam.

Tak berselang lama,  para menteri dan yang hadir di istana dikejutkan dengan kepulan asap dari arah pelabuhan. Asap yang berasal dari beberapa kapal yang sengaja dibakar oleh kelompok tak dikenal, hingga membubung ke udara. Para menteri mulai kuatir. Sedangkan tamu dari Kesultanan Aceh, Tengku Asmal, sangat terguncang dengan kejadian yang sedang terjadi. Menteri Raja Prang, juga belum tahu apa yang sesungguhnya terjadi. Mereka kuatir, jangan jangan ini pembalasan dari kelompok Simata satu, atau serangan dari kelompok sempalan kerajaan yang pernah melarikan diri ke Air Manjuto, ketika Sultan akan naik tahta beberapa tahun yang lalu, yang menurut kabar mulai menyusun kekuatan untuk merebut  kembali tampuk kekuasaan dari Sultan.  

Semua masih meraba raba, apa sesungguhnya yang sedang terjadi. Beberapa telek sandi istana bergegas menyelinap ke pelabuhan Muarasakai. Panglima Panamban juga sudah tidak tampak. Menteri raja Prang yang paling  gelisah. Dia menerawang. Apakah ini pemberontakan, atau penyerangan. Segera dia memerintahkan beberapa prajurit pengawalnya menuju Panamban dan Air Pura guna menyampaikan perintahnya agar seluruh prajurit yang masih ada atau masih setia untuk berkumpul di persimpangan jalan menuju istana.

Panglima Panamban, panglima yang baru saja selesai melakukan misi pembasmian Kelompok Simata satu di Ibuh, sudah dari tadi berada di Panamban untuk memeriksa pasukan di basis prajurit kerajaan itu. Panglima mengumpulkan seluruh perwiranya dan telek sandi, serta mencari informasi apa yang terjadi. Dia menemukan ada sekelompok prajuritnya yang terlibat dalam gerakan pagi itu. Dia akan segera melapor kepada Sultan untuk tindakan yang diperlukan.  Jika diperlukan tindakan penyerangan akan segera dilakukan. Namun dia sudah perintahkan, agar semua prajurit yang ada, baik pemanah, maupun kavaleri berkuda, segera menuju ke dekat istana.

Menteri sebarang laut, bergegas mencari Tan Baro, yang dari kemaren bersamanya. Namun Tan baro sudah tidak tampak lagi. Pelabuhan adalah wilayah kekuasaan Tan baro. Tentu Tan baro akan mengetahui apa yang sedang terjadi, atau setidaknya ada informasi awal, pikir Menteri Seberang laut.

Diam diam Sultan mulai memahami apa yang disampaikan oleh  Tuo Malin Magek di tempat semedi tadi malam. Rupanya betul sedang terjadi sesuatu yang akan menguncang kesultanan Inderapura, pikir Sultan. Sultan segera memanggil beberapa menteri, seperti  Perdana Menteri, Menteri Seberang Laut, Menteri Keamanan dan Menteri Dalam negeri.  Sultan juga meminta agar Tan Baro segera dipanggil juga, guna mencari tahu tentang kondisi pelabuhan terakhir.

Tak lama kemudian, Panglima Panamban datang menghadap Sultan melaporkan kejadian yang sedang terjadi. Bahwa telah  terjadi penghancuran pelabuhan oleh sekelompok prajurit dan beberapa perwira, yang menurut informasi yang diterimanya pimpinan dari semua gerakan pagi ini adalah Tan Baro. “Tan Baro?”, Sultan kaget, dan menteri  saling menatap.

“Hamba Sultan, dan berdasarkan informasi yang hamba kumpulkan mungkin ada hubungannya dengan peminangan Putri Dewi oleh  Pangeran Firmansyah. Menurut infromasi dari telek sandi, Tan Baro lah yang menghubungi para perwira secara diam-diam pada tengah malam tadi”.

“Saya tidak mengerti sama sekali dengan gerakan ini. Kenapa Tan baro pula yang memimpin gerakan ini. Kenapa pula Tan baro tidak bisa menerima pinangan ini. Segera cari Tan Baro, dimana dia saat ini”, perintah Sultan kepada menteri keamanan.

“Sudah hamba cari Sultan. Memang Tan Baro tidak ditemukan sama sekali”, sela Menteri Seberang laut, yang dalam beberapa pekan ini bersamanya berlayar. Bersambung.....

Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan Portal Resmi Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan merupakan Wadah informasi bagi masyarakat dari pemerintah. Kabupaten Pesisir Selatan adalah sebuah kabupaten di Sumatera Barat, Indonesia. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 5.749,89 km² dan populasi ±420.000 jiwa. Ibu kotanya ialah Painan.
© 2024 Kabupaten Pesisir Selatan. Follow Me : Facebook Youtube