Headline News

header-int

22-3-2018 : Kekacauan di Pelabuhan

Kamis, 22 Maret 2018, 11:59:52 WIB - 452 | Kontributor :

Di tengah tengah keadaan yang tak menentu, seorang telek sandi datang  terengah-rengah menghadap Menteri Rajo Prang. “Rangkayo Rajo Prang, jalan menuju pelabuhan sudah diblokade oleh sekelompok prajurit. Beberapa kapal sudah dibakar oleh para perusuh, termasuk kapal Dari Kesultanan Aceh”, kata telek sandi terengah dengan nafas turun naik.

“Siapa yang Pemimpin kelompok perusuh ini, dan berapa kira kira jumlahnya”, tanya Rajo Prang.

“Pemimpinnya Tan Baro, Mantri pelabuhan. Dan jumlah prajurit sekitar seratusan orang prajurit, Rangkayo”.

Menteri Rajo Prang menghadap Sultan dan membahas situasi darurat itu bersama komandan Panamban, yang masih berdiri dekat Sultan. Segera diputuskan untuk mengerahkan kekuatan prajurit ke Pelabuhan, dan semua senjata, termasuk senjata yang baru saja dibeli dari Malaka.  Sultan memerintahkan untuk sesegeranya membebaskan pelabuhan.

Tak lama kemudian, ratusan prajurit telah menuju pelabuhan di bawah komando lapangan Panglima Panamban. Blokade perintang jalan, yang pertama disasar oleh pasukan itu. Terjadi perang jarak dekat, antara prajurit pemberontak dengan pasukan yang ditugaskan oleh Panglima Panamban. Letusan meriam api dari pasukan pemerintah kerajaan menggema sehingga membuat suasana menjadi sangat tegang. Pasukan perusuh juga tidak kalah garangnya, karena mereka juga melontarkan meriam yang masih ada di atas kapal perang yang dikuasainya.

Tan Baro sebagai pemimpin gerakan, nampak mulai kewalahan melihat gerak maju pasukan kerajaan. Dia memanggil beberapa perwira setianya, untuk naik ke atas kapal. Sementara yang lain terus membabi buta menembakan meriam api dan panah-panah beracun ke arah pinggir pelabuhan. Mereka sengaja merusak pelabuhan dan bangunan di sekitarnya. 

Perang saudara, yang penyebabnya masih tidak jelas ini, berlangsung sengit. Beberapa buah kapal sudah terbakar. Sementara beberapa bangunan dekat pelabuhan juga hancur akibat sasaran yang salah. Di tengah desakan pasukan kerajaan yang makin maju ke arah pelabuhan, tiga buah kapal bergerak ke arah hilir menuju Muara Gedang. Tan Baro nampak di kejauhan mengacungkan-ngacungkan senjata ke arah pasukan kerajaan.

“Hancur semua kalian bedebah. Biadab kau Sultan. Kau jual anak gadis mu, karena kau takut takluk dengan Aceh. Pengecut”, teriak Tan baro. Tan baro telah menyusun starategi, yakni setelah penghancuran pelabuhan, Tan baro dan kelompoknya akan lari ke Air Manjunto untuk bergabung dengan sempalan kerajaan, yang sudah lama tidak senang dengan pemerintahan Sultan.

Pasukan kerajaan sudah menguasai pelabuhan. Namun tiga kapal sudah bergerak cepat meninggalkan pelabuhan. Semua perusuh yang masih tersisa melarikan diri dengan kapal itu, karena sudah tidak mampu menghadang desakan pasukan kerajaan. Beberapa mayat nampak tergeletak di jalan dan sebagian mengambang di pelabuhan.

Pelabuhan sudah rusak berantakan. Hanya ada lima buah kapal lagi yang tersisa. Sedangkan yang lainnya habis dibakar oleh kelompok Tan baro, termasuk Kapal Perang Kesultanan Aceh. Setelah pelabuhan dapat dikuasai, Panglima Panamban menghadap Sultan, dan Sultan segera bersama seluruh menteri dan pejabat istana mengunjungi pelabuhan.

Sultan Munawar terenyuh melihat kehancuran yang diakibatkan oleh pertempuran sesaat antara sesama saudara, yang tak pernah Sultan bayangkan sebelumnya. Tan baro adalah orang keperecayaannya dalam mengelola urat nadi perekonomian kerajaan, karena dari pelabuhanlah kontribusi utama pemasukan untuk kerajaan. Tan Baro sekolah juga di Malaka. Kenapa orang sepintar dia, bisa mengikuti hawa nafsu, tanpa berfikir sehat. Sultan tak habis pikir dengan keputusan Tan Baro. Jika Tan Baro memang tidak ingin dengan pinangan Pangera Firman kepada Putri Dewi, apa pula urusannya dengan Tan Baro. Pada hal sepengetahuan Sultan, Tan Baro tidak pula punya hubungan pribadi dengan Putri Dewi.    

Sultan memerintahkan Panglima Panamban agar parajurit segera mengejar Tan Baro. Namun Tan Baro sudah berlayar jauh menuju Muara Gedang. Bersambung....

Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan Portal Resmi Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan merupakan Wadah informasi bagi masyarakat dari pemerintah. Kabupaten Pesisir Selatan adalah sebuah kabupaten di Sumatera Barat, Indonesia. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 5.749,89 km² dan populasi ±420.000 jiwa. Ibu kotanya ialah Painan.
© 2024 Kabupaten Pesisir Selatan. Follow Me : Facebook Youtube