Headline News

header-int

Kisah Hendrajoni: Jalan Perjuangan Sang Bupati Pessel

Kamis, 29 Agustus 2019, 07:12:24 WIB - 2937 | Kontributor : Okis Mardiansyah
Kisah Hendrajoni: Jalan Perjuangan Sang Bupati Pessel

Pesisir Selatan - Bersua dan bercerita dengan Bupati Pesisir Selatan Hendrajoni, ibarat disuguhi padang pemikiran yang luas. Pikiran yang ditumbuhi semangat, harapan, dan kerja keras. Hendrajoni punya mimpi yang panjang untuk kemajuan Pessel. Di tangannya, daerah berjuluk Negeri Sejuta Pesona itu terus bersolek. Satu per satu tangga kemajuan terlewati. Kini Pessel tak sekadar bangkit, tapi juga berlari mengejar ketertinggalan.

Apa yang membuatnya sedemikian keras untuk membangun Pessel? Jawabannya hanya satu, suami mantan Pramugari Pesawat Presiden Lisda Rawdha ini, ingin mengabdi membangun kampung halaman.  Dia ingin membayar segala hal yang sudah diberikan sanak saudaranya.

“Bagi saya, Pessel adalah harga diri yang mesti dibangun. Kampung halaman adalah tempat saya menunaikan janji sebagai anak perantauan. Tak ada hal yang lebih membahagiakan kecuali melihat kampung yang indah dan permai, tertata rapi, masyarakatnya hidup dalam kemakmuran. Ya, saya ingin itu terwujud," ujarnya saat diskusi dengan penulis baru-baru ini. 

Hendrajoni adalah mesin pendorong dari segala kemajuan Pessel. Putra Lengayang itu tidak simbol semata. Ia bukan tipe pemimpin yang lebih memilih duduk manis di ruang kerja serta main perintah. Hendrajoni anti semua itu. Dia tipikal pekerja keras. Bagi dia, memimpin berarti berada pada garda terdepan. Ia sebagai sosok pemula untuk mendobrak langkah yang penuh tantangan.

Hendrajoni adalah seorang pemegang otoritas eksekutif bersama jajarannya menentukan arah Pesisir Selatan ke depan. Mantan Polisi berpangkat AKBP itu, mengerti persoalan konkret masyarakat dan merumuskannya dalam bentuk visi, misi, dan program. Ia bersungguh-sungguh mengerjakannya tanpa dibebani bermacam kepentingan selain publik. Ia yang rela berlumpur-lumpur untuk mengetuk satu per satu rumah masyarakat, hanya untuk sekadar bertanya tentang apa yang dibutuhkan warganya. 

Jalan perjuangan yang ditempuh Hendrajoni sebenarnya sekaligus "membunuh" kariernya di kepolisian. Ketika memutuskan maju sebagai calon Bupati Pessel, ia sedang berada di puncak karir. Ia saat itu punya nama menjabat sebagai Kasat II Psikotropika Direktorat Narkoba Polda Metro Jaya, sederet gembong besar narkoba dia penjarakan. Namanya harum di kepolisian, dan ditakuti para gembong narkoba.

Kala itu, Hendrajoni sedang menikmati manisnya menjadi seorang polisi berprestasi. Namun, saat itu pula panggilan membangun kampung halaman tak bisa ditolaknya. Ia pulang meninggalkan segala kenyamanan yang dipunyanya, serta memulai langkah perjuangan dari nol, maju sebagai Bupati Pessel. Padahal jabatan ini sebelumnya tak pernah terpikir olehnya.

Semua bermula di 2012. Kala itu, Hendrajoni dikunjungi orang kampungnya. Tak sedikit ia menyangka, kalau pertemuan itulah yang akan menjadi titik awal pengabdiannya untuk kampung halaman. Nostalgia tentang kampung halaman nan permai, masyarakat sejahtera serta roda perekonomian yang bergerak maju, rupanya hanya ada di benak Hendrajoni. Cerita orang yang menemuinya malah berbanding terbalik. Kampung halaman yang dicintainya sepenuh hati malah dalam keterpurukan. Perekonomian semakin lesu, kemiskinan menjadi-jadi. Anak-anak putus sekolah. Pembangunan nyaris tak tepat sasaran.

"Hati saya terenyuh mendengar kabar di kampung halaman. Sementara saya disini hidup tenang, berkecukupan di perantauan. Namun, kampung yang sudah memberikan segalanya malah penuh derita. Orang-orang menjalani kehidupan dengan kepayahan. Perekonomian semakin lesu, pembangunan nyaris tak berpedoman pada kesejahteraan masyarakat," tuturnya pada Haluan.

Setelah pertemuan itu, Hendrajoni kembali melanjutkan  rutinitasnya sebagai polisi. Namun, bayang-bayang kesengsaraan di kampung halaman tak pernah lepas dari benaknya. Tiap hari is dilanda gelisah. Hatinya getir. Saat itu, Hendrajoni serupa orang tak berdaya, ingin berbuat untuk kampung halaman, dia tak akan bisa sepenuh hati, sebab tugasnya dikepolisian juga bejibun banyaknya.

"Orang rantau mana yang tak gelisah mendengar segala derita itu? Saya benar-benar dihantui. Tapi, apa daya saya polisi yang dinas jauh dari kampung halaman. Saat itu saya memiliki tanggung jawab yang tak sedikit pula. Namun saya tetap berdoa dan membantu sekuat tenaga," ujarnya menghela nafas panjang mengenang pertemuan singkat tersebut.

Setahun berlalu, orang-orang di Pesisir Selatan mulai riuh, karena Pilkada semakin dekat. Sejumlah nama mulai mengapung sebagai kandidat. Awalnya, tak ada nama Hendrajoni dalam list, karena memang dia waktu itu tidak berniat dan belum memiliki dorongan kuat untuk bertarung di Pilkada. Sampai akhirnya, sejumlah tokoh-tokoh Pessel menemuinya ke Jakarta.

Dalam pertemuan, para tokoh tanpa banyak basa-basi mendesak Hendrajoni untuk maju di Pilkada sebagai bupati. Dari sekian banyak kandidat yang muncul, dan pertimbangan para tokoh, hanya Hendrajoni yang cocok memimpin Pessel. Ia dipercaya akan membawa Pessel kembali bersaing dengan daerah lain dengan kepala tegak. Bukan sebagai daerah tertinggal, yang tidak diperhitungkan dalam banyak bidang.

Sebelumnya permintaan pertama ditolak oleh Hendrajoni. Ia merasa dan berpikir, jika pulang ke kampung halaman banyak yang akan ditinggalkan. Terutama kehidupan Jakarta yang bertolak belakang dengan kehidupan di kampung halaman. Hendrajoni juga memikirkan nasib keluarganya. Dia memastikan, kalau pulang kampung dan seandainya terpilih sebagai bupati, waktunya akan lebih banyak tersita. Dia akan kehilangan golden time untuk berkumpul bersama keluarga.

"Waktu itu, Saya menolak dengan halus permintaan tersebut. Sebab, banyak yang saya pikirkan. Selain keluarga, juga kepercayaan diri yang belum tumbuh sepenuhnya. Saya takut, nantinya tidak bisa memenuhi harapan masyarakat," sebut Hendrajoni Dt. Bando Basau yang juga jadi tokoh adat di kampungnya.

Namun, desakan agar dia maju tidak datang sekali. Para tokoh berpantang surut. Hendrajoni kembali didesak untuk maju. Terus didesak, akhirnya Hendrajoni luruh juga. Ia akhirnya mulai meminta waktu untuk berpikir dan berdiskusi dengan keluarganya.

"Desakan para tokoh itulah yang menjadi awal kekuatan. Saya melihat harapan yang begitu tinggi dan menjadi tidak tega untuk menolaknya. Apalagi, saya mulai menerka-nerka langkah serta memetakan permasalahan di Pessel," tuturnya.

Hendrajoni akhirnya mengumpulkan keluarganya dan mendiskusikan desakan para tokoh untuk maju sebagai calon bupati. Waktu itu, dia ragu akan mendapat izin keluarga. Kalau saja izin tidak didapat, ia tidak akan melanjutkan langkahnya sebagai calon. Tapi tak disangka, sang istri serta anak-anaknya malah mendukung penuh langkah Hendrajoni. Malahan, mereka mendorong sang kepala keluarga itu turut mengabdi ke kampung halaman.

"Saya lalu memastikan dorongan itu dan menanyakan, apakah semuanya siap miskin? Siap hidup susah dan menderita demi melayani masyarakat. Semuanya menjawab, siap. Saya didukung penuh. Sejak saat itu, saya langsung membulatkan tekad," katanya. 

Langkah awal, dia melepaskan statusnya sebagai anggota Polri. Ia mengundurkan diri dari institusi Polri terhitung sejak tanggal 16 Oktober 2015 lalu.

"Masa pensiun saya sebenarnya tinggal lima tahun lagi, tetapi saat itu saya memutuskan untuk mengundurkan diri dari Polri untuk mengikuti pencalonan Bupati Pesisir Selatan," ujar pria kelahiran Padang, 8 November 1961 itu.

Dukungan dari masyarakat di kampung halaman dan keluarga membuatnya optimis untuk bertarung dalam Pilkada serentak.

Padahal, politik merupakan dunia yang asing bagi Hendrajoni. Ia seorang polisi yang menganut paham ilmu pasti. Dunia hukum yang dijalaninya tidak berada di garis abu-abu. Berbeda dengan dunia politik, yang semuanya bisa samar. Tak ada kepastian. Tak hanya itu, ia juga melakukan survei sebagai pengukur langkah. Hasil survei rupanya sangat memuaskan. Nama Hendrajoni rupanya harum di kampung halaman.

Setelah mendapatkan partai, pertarungan pun dimulai. Hendrajoni yang berpasangan dengan Rusma Yul Anwar memperoleh suara tertinggi sebanyak 90.985 suara atau 46, 68. Ia mengalahkan pasangan Editiawarman-Bakri Bakar (59.237 suara atau 30,39 persen), Alirman Sori-Raswin (31.808 suara atau 16,32 persen dan Burhanuddin-Novril Anas (12.903 suara atau 6,62 persen). Hendrajoni memulai perjalanan barunya sebagai pengayom masyarakat.

Setelah dilantik 17 Januari 2016, Hendrajoni langsung tancap gas. Seluruh ASN di lingkungan Pemkab Pessel dikumpulkannya, untuk menyamakan persepsi. Langkah pengumpulan itu juga sebagai upanya menyatukan seluruh pejabat, yang saat Pilkada memiliki pilihan masing-masing. Ia juga tahu, sejumlah pejabat ada yang tidak mendukungnya waktu Pilkada. Namun, hal itu tidak jadi alasan memupuk dendam olehnya. Hendrajoni merangkul seluruhnya, termasuk masyarakat.

"Bagi saya, pertarungan Pilkada itu sudah habis. Tak perlu dibawa ke dunia kerja. Makanya saya kumpulkan mereka semua. Tak ada pejabat yang saya buang, atas dasar dendam. Semuanya terseleksi, sesuai aturan dan kapasitasnya," ujarnya. 

Setelah upaya pengumpulan ASN, ia mulai membangun mimpinya untuk memajukan Pessel. Segalanya dirumuskan. Hendrajoni bukan tipikal pemimpin yang menggunakan kekuasaan untuk menyalurkan kepentingan pribadinya. Ia orang yang secara nyata mengorbankan kepentingan egosentrismenya, demi kesejahteraan masyarakat banyak. 

Hendrajoni tak takut miskin dan kehilangan kepopulerannya, dalam menjaga setiap jengkal tanah Pessel dari keserakahan penguasa. Ia bukan tipe pemimpin yang menggelar pesta di atas penderitaan rakyat atau memakai baju demokrasi terbalik, dimana lebih mendahulukan kepentingan lapis tipis oligarki penguasa, ketimbang kepentingan rakyat kebanyakan.

"Bagi saya, ini amanah yang tak hanya dijalani begitu saja. Tapi diperjuangkan sepenuhnya," tuturnya.

Gaya kepemimpinan yang disiplin dan cekatan memang tak biasa. Ia pendobrak dan petarung yang tak takut kepopulerannya anjlok, untuk memperjuangkan apa yang diyakininya sebagai kebenaran. Berpuluh tahun mengabdi di kepolisian dengan pangkat terakhir Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP), membuatnya keras secara prinsip. Jika dulu, Hendrajoni bekerja sesuai perintah atasan, kini dia bekerja sesuai kepentingan masyarakat.

Dengan segala ketegasan dan kekerasan hati memperjuangkan hak masyarakat, Hendrajoni juga tidak kehilangan sisi religiusnya. Malah, setiap langkahnya berpedoman pada salah-benar menurut agama, dan hukum yang berlaku. Ia memiliki kemauan dalam memperekat kehidupan. Dengan sifat-sifat religius itu, Hendrajoni tidak ditenggelamkan oleh gejolak kehidupan dunia material. Justru nilai-nilai religius itulah yang dikembangkan untuk menata kehidupan.

Dunia material hanya menjadi sarana untuk mewujudkan nilai-nilai religius dalam kehidupan sehari-hari. Tidak sebaliknya ditenggelamkan oleh gejolak dunia material.

"Bagi saya, setiap langkah itu dijaga. Saya meyakini selagi berjalan di atas kebenaran, masyarakat bersama saya," ucapnya.

Hendrajoni memiliki sifat tegas, ia tak lari ketika masyarakatnya terkena musibah. Pemimpin tegas, yang selalu mau luka demi membela masyarakatnya dari hal-hal yang merugikan. Ia adalah petarung yang tetap melangkah maju demi melunasi janji kampanyenya. 

"Sebenarnya apa yang sekarang saya kerjakan, adalah bagian dari melunasi janji. Bagi saya, segala yang terucap mesti dipertanggungjawabkan. Hal itu saya dapatkan selama menjadi polisi," ujarnya. 

Sebagai bupati, ia memiliki memiliki visi yang jelas. Hendrajoni memiliki impian yang besar untuk kemajuan Pessel. Impian itulah yang dijadikannya embrio dari visi membawa daerah Maju, Unggul, Agamis, dan Sejahtera.

Dalam penerapannya, ia tak sendiri, namun bekerja secara tim, serta tidak melimpahkan begitu saja pekerjaan kepada bawahannya. Visi yang diusungnya laksana sumber energi yang melimpah ruah bagi Pessel. Semakin kuat alirannya, maka energi yang mengalir semakin kuat pula mengisi ruang imajinasi individu masyarakat yang memiliki ceruk yang sama untuk kemajuan.

Kini, hasilnya mulai tampak. Pessel laksana kuda jantan yang melaju kencang. Sentuhan pembangunan merata ke seluruh pelosok. Pessel berubah, dari daerah yang dipandang sebelah mata, kini menjadi daerah yang diperhitungkan. Hendrajoni, walau belum di ujung kekuasaan, sudah melunasi sebagian hutangnya.  (15)

Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan Portal Resmi Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan merupakan Wadah informasi bagi masyarakat dari pemerintah. Kabupaten Pesisir Selatan adalah sebuah kabupaten di Sumatera Barat, Indonesia. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 5.749,89 km² dan populasi ±420.000 jiwa. Ibu kotanya ialah Painan.
© 2024 Kabupaten Pesisir Selatan. Follow Me : Facebook Youtube