Headline News

header-int

2-3-2018 : Kita Tak Mencari Lawan, Tapi Tak Ingin Dilemahkan Kawan

Jumat, 02 Maret 2018, 08:51:35 WIB - 410 | Kontributor :

Udara pagi masih terasa dingin. Warung warung di dekat pelabuhan sudah dijejali orang orang bersarung yang duduk sambil minum kopi di temani goreng pisang hangat.

Beberapa perahu kecil hilir mudik di dayung para pedagang eceren yang menjajakan barangnya hingga matahari terik ke kampung kampung ke arah hulu Batang Lunang dan Batang Tapan. Biasanya jika pagi hari, di  pertemuan Batang Tapan dan Batang Lunang selalu ramai oleh pedagang lokal dan para pembeli dari desa desa sekitar. Riak riak muara memperlihatkan akan  naiknya pasang air muara.  

Tepian dan halaman pelabuhan sudah dibersihkan dari berbagai kotoran dan sampah dari semalam oleh anak buah Tan Baro Hitam. Kapal-kapal besar yang akan diberangkatkan sudah bersandar, dan pintu kapal mulai dibuka. Beberapa orang anak buah kapal nampak sibuk memperhatikan layar dan tali temalinya yang akan mengendalikan arah layar jika nanti sampai di laut lepas.

Kuda-kuda prajurit mulai berdatangan satu demi satu. Tentara yang akan ikut misi  di tempatkan pada barisan dekat kapalnya masing masing. Sedangkan yang hanya ikut upacara di tempatkan agak jauh dari kapal. Panggung tempat raja berdiri sudah terpasang dengan hiasan kain merah, kuning dan hitam, menghadap ke arah timur lapangan, membelakang kapal.  Sebagian lapangan sudah terisi oleh peserta upacara. Lokasi para penari menampilkan Tari kain berada di sudut Barat, persis di dekat deretan kapal terakhir agak ke ujung pelabuhan, namun masih jelas ditonton oleh peserta upacara.

Ketika matahari mulai naik dari ufuk timur, menyinari sebagian lapangan upacara, barisan upacara sudah lengkap. Batang beringin tua di sebelah timur yang meneduhkan sebagian lapangan menjadi tempat masyarakat menyaksikan upacara pelepasan misi. Beberapa  buah kreta yang berhiasan jambul jambul merah dan ditarik kuda mulai berdatangan secara berurutan.  Perdana Menteri, menteri, para hulu, panglima divisi, Imam kerajaan, dan penasehat senior kerajaan, telah datang naik kreta kuda, sehingga lapangan tempat istirahat kuda dan kusirnya  telah penuh.  

Tepat saat matahari menjelang dua depa dari puncak bukit, upacara segera akan dimulai. Sebuah kereta kencana kerajaan yang ditarik dua ekor kuda tinggi besar, dan berhias jambul jambul merah yang didahului dua prajurit berkuda berjalan dengan lambat. Kreta kencana itu adalah kreta yang membawa Sultan dan permaisurinya. Di belakangnya menyertai kreta para pangeran dan putri, dan pasukan pengawal kerajaan.

Sesaat kemudian kreta sultan dan rombongan telah sampai di pinggir lapangan. Sultan dan rombongan disambut oleh Perdana Menteri dan Menteri keamanan. Sultan dan permaisuri menuju tempat yang telah disediakan. Di antara 6 orang putra-putri Sultan, seorang Putri menjadi tumpuan pandangan mata yang hadir di sekililing lapangan upacara. Mereka semua berdecak kagum atas kecantikan putri Sultan yang mulai beranjak dewasa itu. Mata Tan baro, mantri pelabuhan, juga mencuri pandang di sela barisan dalam kelompok yang akan mengikuti rombongan Menteri Seberang Laut ke Pariaman. Waduh, cantiknya Putr Sultan, desah Tan Baro.

Putri Sultan, yang sering dipanggil sebagai Putri Dewi, mulai beranjak dewasa. Rambutnya disanggul kecil dengan hiasan bunga karang yang ditusukkan di sela gumpal rambut yang disanggul. Badannya semampai dan tidak terlalu kurus, sehingga sangat sesuai dengan baju kurung yang dipakainya. Warna merah jambu baju kurung serasi dengan kulit kuning langsatnya yang bersih. Sesekali dia melempar senyum ke sekeliling tempat upacara. Entah kepada siapa dia tujukan senyum manis itu.

Dia baru saja pulang dari Malaka, tempat selama ini bersekolah di pusat pendidikan Kesultanan Malaka. Namun karena Malaka diduduki Portugis, Putri Dewi akan pindah ke Sekolah bangsawan Kesultanan Aceh di Ulele.   Saat ini dia pulang untuk menyampaikan maksudnya itu kepada Sultan dan bundanya. Dari cara berdiri dan duduknya, terlihat kalau Putri Dewi seorang yang cerdas dan terpelajar.  Berwawasan, dan dengan matanya yang tajam memperhatikan keadaan sekitar lapangan upacara.

Upacara segera dimulai.  Pimpinan upacara, pimpinan divisi infantri kerajaan,  telah melapor kepada Sultan. Dan sultan segera memeriksa pasukan peserta upacara dengan berjalan tegap di samping pimpinan upacara. Setalh selesai, Sultan kembali ke panggung upacara. Selanjutnya Sultan memberikan amanat.

“Ass. Wb. Wr. Para Penasehat, Pangeran, Permaisuri, Putri, Perdana Menteri, Para Menteri, Panglima Divisi, Para Hulu, seluruh punggawa kerajaan yang dilindungi Allah, yang dicintai rakyat kerajaan, yang akan melindungi alam luas kerajaan yang saya hormati.  Para Kawula kerjaan yang tidak saya sebutkan satu persatu. Dalam kesempatan baik ini saya ingin menyampaikan beberapa hal untuk kita renungkan dan kita pahami sebagai rasa tanggung jawab dan kebanggaan kita kepada kerajaan Inderapura.  

Saat ini kerajaan kesultanan Inderapura sedang menghadapi beberapa tantangan dari luar, baik dari perampok si mata satu di selatan Ketaun, maupun dari rencana kesultanan Aceh untuk memperluas pengaruhnya hingga ke kerajaan kita. Oleh karena itu, saya titahkan kepada semua punggawa dan rakyat Inderapura untuk bersatu padu mempertahankan kedaulatan negara kita agar kita tidak menjadi orang yang terjajah. Bala tentara kita pernh mengusir Portugis dari perairan Muara Rantau Simalenang, ketika akan menduduki Air Haji.

Namun terhadap Kesultan Aceh. Kita hadapi dengan baik dan bijaksana, karena kita berhadapan dengan sesama muslim dan berbahasa hampir sama pula.   Kita tidak ingin perang, tapi kita tak mau dijajah. Kita tak mencari lawan, tapi kita tak boleh diremehkan kawan. Kita Bukan yang perkasa, tapi kita tak ingin menjadi yang dilemahkan. Kita ingin berdamai dengan siapa pun.

Sebagai Sultan, saya dapat memahami bahwa upaya perebutan pengaruh dari suatu kerajaan adalah dalam rangka perebutan sumberdaya alam dari suatu negeri. Alhamdulilah, Kerajaan kita kaya dengan lada, emas dan beras, makanya berbagai mata suku bangsa melirik alam luas kerajaan kita. Pada hal naluri dasar manusia lahir untuk saling membantu dan peduli, berubah menjadi saling jegal dan membunuh karena hawa nafsu. Marilah pertahankan harga diri kita, harga diri tanah leluhur kita. Saya ajak kita semua berdoa bagi keselamatan pasukan kita, baik yang ke Ketaun maupun yang ke Pariaman. Demikian untuk jadi pemahaman. Selamat berjuang para tetara kebanggaan Inderapura. Lakukan tugas dengan baik. Tegakkan dada dan kepala sebagai tanda kita adalah makluk yang sama dari Ciptaan Allah. Assalamualaikum Wramatullahi Wabarakatuh”, Sultan mengakhiri.  Bersambung ....

Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan Portal Resmi Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan merupakan Wadah informasi bagi masyarakat dari pemerintah. Kabupaten Pesisir Selatan adalah sebuah kabupaten di Sumatera Barat, Indonesia. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 5.749,89 km² dan populasi ±420.000 jiwa. Ibu kotanya ialah Painan.
© 2024 Kabupaten Pesisir Selatan. Follow Me : Facebook Youtube