Headline News

header-int

8-3-2018 : Pelayaran ke Ketaun

Kamis, 08 Maret 2018, 08:10:05 WIB - 468 | Kontributor :

Tidak seperti pelayaran ke arah utara menuju Pariaman yang gelombang lautnya agak tenang. Pelayaran menuju Ketaun dihadang gelombang laut yang cukup besar. Angin dan gelombang yang bersahabat hanya sampai di Muaro Simbungo, dekat Silaut, sebuah daerah pedalaman yang berawa dan berpenduduk sangat jarang. Simbungo masih di bawah kekuasaan Kerajaan Inderapura, dan pengelolaan keseharian pemerintahannya dikendalikan oleh  Bujangsabaleh,  yang merupakan masih kerabat dari Mande Rubiah, keturunan terakhir Bundo kanduang.

Bujangsabaleh mengendalikan pemerintahan dengan tegas dan pemberani, sehingga Simbungo dan Pesisir Silaut jarang didatangi oleh perompak dari selatan. Penduduknya tenteram. Hanya buaya dari Batang Silaut yang sering menganggu kenyamanan penduduk.  

Silaut merupakan daerah rawa rawa yang luas, yang banyak ditumbuhi tanaman rawa berupa nipah, mangrove dan kayu keras yang disebut penduduk sekitar sebagai kayu rasak paya, mersawa, dan palem besar. Kerana tanahnya masam, dan miskin unsur hara, tidak banyak penduduk yang bercocok tanam dengan tanaman pertanian. Mata pencaharian sebagian besar penduduknya  nelayan dan mencari pohon gaharu untuk dijual ke pada pedagang Persia dan China. Sebagian besar penduduk Silaut  masih para kerabat dari keluarga Manderubiah di Lunang.

Menjelang matahari terbenam di batas langit samudera lepas, kapal-kapal yang dipimpin Panglima Divisi Panamban sampai di pesisir pantai Simbungo. Layar mulai diturunkan sebagian, menandakan laju kapal sengaja diperlambat. Rombongan tidak akan berhenti di Muara Simbungo, hanya menepi menghindari hempasan gelombang dan melambatkan pelayaran, menunggu Bujangsabaleh datang naik ke kapal. Bujang sabaleh akan ikut serta dalam pelayaran ke Ketaun.

Karena sudah diberitakan oleh Bujang Sabaleh kepada penduduk sekitarnya, maka banyak penduduk menunggu di pinggir pantai, menyaksikan kapal kapal kerajaan.    

Kemaren telah disampaikan berita rahasia dari Menteri Rajo Prang melalui telek sandi, bahwa  Bujangsabaleh akan ikut serta dan naik di Simbungo untuk bergabung bersama Panglima Panamban. Rencana ini juga sudah dibicarakan oleh Menteri Raja Prang dengan Panglima Divisi Panambam sebelum rombongan berangkat dari pelabuhan Muarasakai ke Ketaun.

Di kalangan pesilat di bagian selatan, Bujangsabaleh sangat disegani, sehingga akan mampu menandingi ilmu silat Simata Satu, yang tidak cukup dihadapi hanya dengan silat dan pertempuran fisik semata.  Bujangsabaleh adalah pendekar silek aliran Silek Kumango yang dipelajari dan diperdalam di Lintau Buo, pedalaman Pagaruyung. Bujangsabaleh memiliki kekebalan tubuh yang dipadukannya dengan kemampuan ilmu gayung menendang gunung, yang terkenal itu.

Sebuah perahu kecil melaju menuju kapal Panglima Panamban. Didayung oleh beberapa orang dengan cepat. Sesampai di dekat kapal Panglima Panamban, dengan melompat ringan, Bujangsabalah sudah berdiri di atas kapal dengan kukuh. Dia mengikut sertakan dua orang anak buahnya. Langsung Bujang bersalaman dan menyaru hormat,

“Ass. Wr. Wb. Panglima. Selamat Datang di Simbongo Panglima. Alangkah senangnya hati kami jika Panglima berkenan mampir ke tanah Simbungo”, jabat tangan Bujangsabaleh.

“Wass. Wr. Wb. Tuangku Bujang. Terimakasih. Karena pelayaran yang masih jauh, nanti dalam kesempatan lain Insaallah kami akan mengunjungi Simbongo sebagai bagian dari kerajaan yang kita banggakan ini. Terimakasih,  telah mau Tuangku Bujangsabaleh bergabung. Mudah mudahan simata satu dapat kita tumpas, sehingga tidak mengganggu pelayaran lagi”, jawab Panglima.

Panglima mengajak Bujangsabaleh masuk ke dalam ruang kapal. Anak buah kapal dan para prajurit segera menaikkan layar. Dayung mulai digerakkan dengan kuat. Semua kapal mengambil posisi beriringan. Hantaman gelombang mulai terasa kuat. Kapal terhuyung ke kiri dan ke kanan. Menjelang muko muko gelombang akan makin besar. Nakhoda bekerja keras mengendalikan haluan kapal agar kapal tidak terdorong ke pantai yang mulai banyak karang karang.

Juru masak telah menyediakan makanan ringan buat tamu yang baru datang. Mereka bercerita panjang dan diskusi tentang si mata satu, tentang kerajaan, dan perihal situasi di bagian utara hingga ke Pariaman. Bujangsabaleh melaporkan juga kepada Panglima mengenai datangnya beberapa pengelana dari Banten dan Betawi,  yang sebagian pedagang, namun ada juga para penjahat yang menganggu ketenteraman jalur perdagangan di Muko muko. 

Sedangkan masalah keadaan di Silaut dan Simbungo, menurut Bujang Sebelas tidak banyak gangguan. Hanya buaya yang makin berani berkeliaran ke tengah perkampungan sehingga menganggu penduduk. Pada bulan purnama tahun lalu memang ada gangguan dari anak buah si mata satu, tapi dapat dia tumpas bersama sejumlah penduduk. Mereka hanya bisa membawa beberapa perahu nelayan, dan sebuah tombak penduduk. Beberapa orang bahkan dapat dibinasakan hingga tewas.

Hari bertambah larut juga. Karena sudah lelah, Panglima izin istirahat ke kamarnya. Sedangkan Bujangsabaleh dan anak buahnya tidur di tempat yang telah disediakan.

Tanpa terasa, pelayaran sudah akan memasuki pelabuhan Muko muko. Malam telah ditinggal bulan, sebentar lagi akan tiba saatnya subuh. Seberkas cahaya putih menyelinap di balik pohon pohon yang mengelilingi pelabuhan. Sebagai tanda terbitnya fajar di ufuk timur. Beduk mulai terdengar bertalu talu, yang memanggil umat muslim bangun mengunjungi mesjid untuk sholat subuh. Ayam jatan berkokok saling bersahut. Kapal mulai ditambatkan. Rombongan turun melaksanakan sholat subuh bersama warga  Muko Muko. 

 Muko Muko, merupakan bagian dari kerajaan yang diberikan hak otonomi kepada salah satu kerabat kerajaan, yang bergelar Mangkubumi Pangeran Samudera.   Tiap tahun mangkubumi selalu mengunjungi Inderapura dengan membawa berbagai hasil bumi dan emas untuk dipersembahkan kehadapan Sultan, sebagai penguasa alam luas kerajaan. Bersambung....

Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan Portal Resmi Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan merupakan Wadah informasi bagi masyarakat dari pemerintah. Kabupaten Pesisir Selatan adalah sebuah kabupaten di Sumatera Barat, Indonesia. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 5.749,89 km² dan populasi ±420.000 jiwa. Ibu kotanya ialah Painan.
© 2024 Kabupaten Pesisir Selatan. Follow Me : Facebook Youtube