Headline News

header-int

9-3-2018 : Peristiwa Ibuh

Jumat, 09 Maret 2018, 09:34:48 WIB - 503 | Kontributor :

Tepat saat matahari terbit di bagian timur, rombongan kapal kerajaan berangkat meninggalkan Pelabuhan Muko muko. Waktu istirahat hanya sejenak, agar sebelum larut malam telah dapat mencapai Ketaun. Mangkubumi sebagai penguasa Muko muko sudah menyediakan perbekalan tambahan untuk para prajurit, dan telah dimuat ke atas kapal.

Gelombang laut menuju Ketaun relatif besar, karena pengaruh arus laut samudera luas yang tak ada batasnya. Kapal terombang ambing, sehingga pengaturan layar memerlukan tenaga yang kuat  dari para prajurit. Ombak ketaun terkenal besar, banyak kapal kapal dagang yang kandas, dan inilah yang menjadi incaran para perompak dan bajak laut.

Perairan Muko muko sudah jauh dilewati. Panglima Panamban sendirian di sudut anjungan. Matanya tidak lepas lepas memandang jauh.  Menjelang matahari tegak, kapal kapal kerajaan telah mendekati pesisir Ibuh, sebuah perkampungan nelayan sebelum memasuki pesisir Ketaun. Di Ibuh biasanya banyak para pedagang berhenti sebelum  melanjutkan perjalanan ke Ketaun dan Bengkulu.

Sesaat kemudian mata Panglima Panamban menangkap sesuatu. Dia berteriak  “Hai prajurit, coba lihat, banyak asap di pantai. Ada api besar membakar pemukiman penduduk,” sambil menunjuk ke arah perkampungan Ibuh.

Mendengar teriakan Panglima, dengan tergesa Bujangsabaleh keluar dari kamarnya, dan merapat dekat Panglima Pananbam, “betul panglima. Hamba pikir  ada pembakaran. Bagaimana kalau kita berhenti di Ibuh untuk melihat apa yang terjad?”

Segera Panglima setuju dan meminta Nakhoda menurunkan layar dan merapat ke pelabuhan Ibuh. Metreka merapat berjejer sepanjang pelabuhan. Instink panglima segara menyadari, bahwa ada sesuatu yang buruk telah terjadi di Ibuh.  Panglima menyusun strategi, jika kejadian yang sedang terjadi merupakan perbuatan kawanan si mata satu. Dikumpulkan para pemimpin kapal ke atas kapal yang ditumpanginya. Semua diberikan arahan dan diberikan tugas untuk bergerak dibawah komandonya.

Untuk turun ke darat cukup hanya lima kelompok. Masing masing kelompok terdiri 5 orang. Sedangkan prajurit pemanah tetap di atas kapal, sambil mengamati kejadian di darat. Bujangsabaleh ikut turun ke darat di belakang lima kelompok yang diturunkan. Kelima kelompok mengambil posisi sebagaimana yang telah ditetapkan panglima. 

 Api makin membesar. Banyak bangunan hangus, termasuk pasar. Makin lama makin banyak asap, yang diikuti dengan gumpalan api yang menjalar dan merambat ke rumah rumah.  Panglima Divisi dan bujangsabaleh memandang dengan mengernyitkan kening. Banyak wanita dan anak anak berlarian kemana kemari sambil membawa jinjingan apa adanya. Beberapa pria berpakaian hitam hitam mengayunkan parang  mengejar laki laki dan perempuan.  Ada terikan wanita dan tangisan anak anak. Sementara laki laki berkelahi dengan alat seadanya. Seperti  lawan yang tidak berimbang.

Tiba-tiba dengan aba aba panglima,  secepat kilat para pajurit yang telah diberi tugas dalam kelompok kelompok  segera melakukan pengejaran terhadp orang orang berbaju hitam. Mereka mengadakan perlawanan yang tak kalah cepatnya. Mereka orang orang terlatih. Adu tanding menggunagakn pedang dan parang. Beberapa berlompat an. Para prajurit mengepung. Tapi jumlahnya mereka makin banyak, yang datang dari berbagai penjuru kampung.  Beberapa mereka dapat dibunuh oleh prajurit, tapi ada juga beberapa prajurit yang luka terkena sabekan parang para perusuh.

Dengan lompatan gerakan silat kumango, harimau menerkam musang, Bujangsabaleh menerjang kesana kemari, dengan lompatan yang kuat. Dengan sekali tendang bujang sabaleh dapat menohok dua orang perusuh sekaligus. Panglima Panamban memperhatikan pertempuran yang sedang berlangsung dengan seksama. Dia kuatir akan terjadi sesuatu dengan prajuritnya, maka ditambah beberapa kelompok lagi, yang dibarengi dengan letusan bergemuruh dari meriam api sehingga membuat panik para perusuh.

Banyak perusuh yang telah tersungkur oleh terjangan Bujangsabaleh dan oleh prajurit, namun ada juga yang berusaha melarikan diri memanggil kelompoknya. Pada saat mereka berlarian, mereka berteriak kepada kawannya “panggil angku Simato satu” dan terdengar oleh Bujangsabaleh. Setelah itu, dengan cepat Bujangsabaleh segera melambung ke atas dan berlari kencang sambil melompat kuat ke atas kapal Panglima, menyampaikan apa yang baru didengarnya. Panglima segera memerintahkan semua prajurit siaga penuh, karena yang sedang mereka buru berada di kampung Ibuh ini, sehingga tak perlu jauh jauh ke Ketaun.

Parajurit yang turun dari kapal ditambah lagi. Bahkan Panglima Divisi memimpin langsung penyergapan ini. Simato satu harus ditangkap hidup atau mati. Para pemanah diperintahkan untuk memanah siapa saja yang mencurigakan, apalagi jika mereka berpakaian hitam hitam yang umumnya anak buah simata satu.

Prajurit diperintahkan menyisir rumah rumah yang tersisa dari kobaran api. Penduduk sudah lari menjauh. Beberapa anak buah simata satu yang memberikan perlawanan langsung dihajar oleh prajurit kerajaan.

Tiba tiba sebuah lengkingan kuat hadir dari sebuah rumah di pinggir pasar arah ke pantai. Seiring lengkingan tadi muncul sosok seorang laki laki brewok bermata satu, yang langsung berkata dengan kuat “Hei orang orang kerajaan Inderapura. Jika awak masih mau hidup. Cepat pergi sebelum kutusuk tusuk mata kalian. Segera kalian tinggalkan Pantai Ibuh ini. Ini wilayah kekuasaanku. Belum tahu kalian dengan aku, Gumai Alam, Simata Satu”.

Panglima terkejut mendengar Simata satu membuka diri. Sementara Bujangsabaleh menggertakkan giginya menahan emosi ingin menerjang. Tapi panglima panamban masih belum memberi aba aba penyerangan. Panglima menjawab lugas “Hei Gumai Simata Satu, hidup ini hanya sebentar. Janganlah engkau rusak alam ini dan tatanan masyarakat, hanya karena engkau mengikuti nafsu angkara murka mu. Coba kau lihat betapa banyak anak anak menjadi yatim dan wanita wanita menjadi janda karena kekejaman mu.” Bersambung.......

Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan Portal Resmi Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan merupakan Wadah informasi bagi masyarakat dari pemerintah. Kabupaten Pesisir Selatan adalah sebuah kabupaten di Sumatera Barat, Indonesia. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 5.749,89 km² dan populasi ±420.000 jiwa. Ibu kotanya ialah Painan.
© 2024 Kabupaten Pesisir Selatan. Follow Me : Facebook Youtube