Headline News

header-int

Busril, Masuk Hutan Demi Madu

, 10 Desember 2013, 00:00:00 WIB - 1564 | Kontributor : Yusril Budidarma, A.Md

Kabupaten Pesisir Selatan bukan hanya dikenal sebagai penghasil lokan, namun sejak lama juga terkenal dengan madu lebahnya. Madu lebah dari daerah ini bahkan telah dipasarkan keberbagai daerah di Sumatera Barat. Madu bermutu dan berkualitas tinggi banyak diproduksi sejak dahulu. Jika ditelisik lebih jauh, sebaran penghasil madu nyaris merata di setiap kecamatan, namun yang paling terkenal adalah madu asal eks kecamatan Pancung Soal lama.

Busril (50) warga Lumpo IV Kecamatan Jurai merupakan salah satu dari sekian banyak "pawang" lebah sekaligus pengumpul madu lebah di Pesisir Selatan. Nyaris seluruh hutan di Pesisir Selatan telah gerayanginya demi mendapatkan madu lebah dengan mutu terbaik tersebut. Misalnya masdu disekitar Lumpo, disekitar kecamatan Koto XI Tarusan, Surantih, Lengayang, Ranah Pesisir, Linggo Sari Baganti dan di Pancung Soal.

Berdasarkan penuturan Busril kepada penulis, madu lebah yang telah ia pasarkan keberbagai tempat diperolehnya dari rimba rimba perawan Pesisir Selatan. Untuk mendapatkan madu lebah tentu tidak sesederhana yang dibayangkan kebanyakan orang. Harus menguak belantara, rimba dan sebagainya. Tantangan terbesar adalah cuaca dan kondisi alam disekitar hutan.

"Pertama kita harus tahu kapan saat saat yang tepat untuk berburu madu kehutan. Untuk persoalan waktu biasanya berdasarkan pengalaman yang telah dilalui sarang lebah akan berisi madu disaat pohon dalam musim berbunga. Jika tidak memperhatikan hal hal tersebut niscaya tidak akan menemukan sarang lebah yang berisi madu," ujar Busril yang memperoleh ketrampilan tersebut secara turn temurun menjelaskan.

Pohon dirimba belantara biasanya akan berunga pada bulan Juli, Agustus dan September. Bunga pohon dirimba biasanya akan dihisap lebah untuk selanjutnya disimpan di sarangnya. Pada rentang waktu tiga bulan tersebut, para pencari madu sudah harus menguasai medan, jika tidak ia tidak menemukan apa apa.

"Kemudian ada kayu khusus yang disenangi lebah madu sebagai tempat bersarang, namun ini tidak mutlak. Bahkan nyaris disetiap cabang yang ada dihinggapi lebah dan dijadikan sarang. Itulah yang disebut dengan batang pohon jelamu. Pohon ini banyak ditemukan tersebar di hutan Pesisir Selatan," ujar Busril lagi menyebutkan meski tidak menjelaskan ciri ciri khusu kayu dimaksud.

Penting juga untuk diketahui bahwa lebah senang bersarang di pohon tinggi. Kemudian dekat dengan mata air atau sumber air. Di hulu hulu sungai.  "Ini barang kali demi menjaga keselamatan kawanan lebah dan menjaga suplai air bagi kebutuhan lebah," ungkap Busril yang terbiasa mengambil madu tanpa pelindung apapun.

Namun biasanya pawang yang tidak banyak bicara ini telah mengetahui posisi sarang lebah di hutan yang telah di tapakinya. Lebah suka bersarang ditempat lama dan berulang ulang.  Atau jika tidak, biasanya warga disekitar hutan akan memberi tahunya untuk memanen madu dilokasi tertentu. Namun perlu diketahui, musim madu tidak rata tiap tahun. Biasanya madu lebah akan mencapai puncak produksi sekali dua tahun.

Sengatan lebah bukanlah masalah baginya, sebab sebelum memanjat pohon besar tempat bergelantungan sarang lebah, Busril menggelar ritual yang ia yakini bisa membuat lebah tidak berkutik saat sarangnya di gerayanginya. "Kita minta izin dulu kepada penunggu atau penjaga lebah, sebelum pohon di panjat, dengan demikian kita tidak akan diganggu," kata Busril yang telah melakoni pekerjaan sebagai pengambil madu lebah selama tiga puluh tahun.

Disebutkannya, yang menjadi masalah utama saat musim madu lebah adalah hujan mengguyur rimba. Hujan menyebabkan pepohonan licin dan sulit dipanjat. Tidak lebih dari itu. Jika tidak lihai memanjat pohon jangan paksakan memanjat saat hujan, selain licin kelabang dan hewan berbisa lainnya keluar.

"Jika karakteristik tersebut telah diketahui, maka laksanakanlah pemanenan," ujar Busril lagi.

Dalam satu sarang Busril bisa memperoleh madu sekitar 16 botol. Satu botol madu lebah dijual busril seharga Rp 80 ribu, harga ini tidak bisa ditawar lagi. "Ini barang asli, bukan palsu, maka biasanya kita jual dengan harga sebanyak itu. Sebelum melakukan pengambilan madu, biasanya telah banyak pesanan dari berbagai kalangan kerumah saya, jadi pemasaran madu tidak terlalu sulit," ungkap Busril lagi menjelaskan persoalan harga.

Disebutkannya, berdasarkan pengalaman yang ia peroleh memang ada perbedaan madu palsu dengan asli. Madu asli ditandai dengan bau khas, saat ditelan terasa pedas ditenggorokan, dan warna tergantung jenis bunga yang dihisap lebah. Jika disimpan dalam watu lama, madu asli warnanya akan menjadi gelap merata, tidak ada endapan dan warna keruh di pangkal botol, tidak pula ada benag benang halus melayang didalamnya.

"Sementara madu palsu yang banyak beredar saat ini bisa diketahui dengan bau. Namun tidak semua orang punya keterampilan membedakan bau asli dengan tidak. Selanjutnya, madu oplosan jika disimpan agak lama akan ada endapan berbentuk serbuk di pangkal botol. Terjadi pula perbedaan warna antara bagian atas dan pangkal botol. Bila di terawang akan kelihatan benang benang halus, kemudian akan terlihat seperti lumut," ujar Busril lagi.

Keterampilan dan kepiawaian Busril berhadapan dengan lebah dan mengambil madunya ini, telah pernah pula disaksikan oleh sejumlah pejabat penting di kabupaten Pesisir Selatan.

Selain itu Busril mengaku, untuk mendapatkan madu lebah sudah semakin sulit. Salah satu penyebanya adalah berkurangnya jumlah kayu tempat hinggap lebah didaerah ini. Penghasilan dari mencari madupun semakin berkurang. Disebutkannya, sudah semakin sulat memperoleh madu puluhan botol. (Penulis berdomisili di depan Masjid Nurul Huda Pasar Amping Parak, Kecamatan Sutera).

Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan Portal Resmi Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan merupakan Wadah informasi bagi masyarakat dari pemerintah. Kabupaten Pesisir Selatan adalah sebuah kabupaten di Sumatera Barat, Indonesia. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 5.749,89 km² dan populasi ±420.000 jiwa. Ibu kotanya ialah Painan.
© 2025 Kabupaten Pesisir Selatan. Follow Me : Facebook Youtube