Oleh Wendi
Seabad Milad Muhamamdiyah tingkat Sumatera Barat yang diadakan di Painan Pesisir Selatan terasa istimewa. Organisasi ummat yang berdiri sejak 1912 itu berkiprah menyinari negeri tiada henti. Bagi Pesisir Selatan momentum ini begitu istimewa dan berarti, karena organisasi ini tumbuh dan berkembang subur ditanah Pesisir.
Organisasi yang mengusung amar makruf nahi mungkar, dikenal sebagai organisasi yang tidak sekedar nama saja, tetapi disamping tajam menggunakan lisan untuk mengajak kearah yang benar maka Muhammadiyah juga berbuat untuk kemaslahatan umat. Maka tidak heran peran muhammadiyah dalam membangun peradaban tidak ada duanya.
Peran Muhamamdiyah dalam lapangan pendidikan dibuktikan dengan kehadiran ribuan sekolah dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi, hal ini menjadi bukti bahwa muhammadiyah turut mewarnai kehidupan negara dengan memanggul peran yang sama dengan negara dibidang pendidikan, bahkan eksistensi pendidikan yang bernaung dibawah muhammadiyah diakui menjadi salah satu penyokong cita-cita konstitusional dalam upaya meningkatkan SDM rakyat dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dibidang lain umpamanya, sebut saja Peran Muhamamdiyah dibidang kesehatan, ratusan Rumah Sakit Muhammadiyah yang berdiri diberbagai tempat ikut pula membahu dengan program pemerintah menyehatkan rakyat. Jika kedua peran ini dihargai maka harganya menjadi sangat mahal, tentu tidak ada organisasi manapun didunia ini yang sehebat muhammadiyah mengelola urusan rakyat dengan segala keiklasan.
Walau belum ada data statistik yang bisa dijadikan landasan syahih seberapa besar masa muhammadiyah, namun Prof Yunahar Ilyas menyebutkan bahwa massa Muhammadiyah bisa jadi memiliki jumlah masa terbesar di Indonesia bahkan didunia. Bayangkan setiap orang yang lahir dan disyahadatkan disamping masuk islam otomotis dia menjadi masa muhammadiyah.
"Masa muhamamdiyah menjadi sangat besar, kendati tidak ada angka statistik yang dapat menjelaskan, tetapi untuk menghitungnya sesungguhnya sangat mudah, berapa jumlah penduduk Indonesia yang muslim maka sebesar itulah masa muhammadiyah" Ujar Yunahar Ilyas saat memberi tausiyah dihadapan jemaah milad Muhammadiyah di Gor Ilyas Yakup Painan.
Terlepas dari hitung-hitungan seberapa besar massa yang dimiliki muhammadiyah karena masing-masing organisasi bisa saja mengklaim menjadi yang terbesar dan memiliki jumlah pengikut nomor wahid, tetapi yang jelas peran muhamamdiyah dilapangan kehidupan tak diragukan.
Bahkan Muhamamdiyah menurut Prof Yunahar organisasi yang 'rada aneh' karena mampu membangun gedung bertingkat-tingkat kendati hanya dengan modal sedikit. Bayangkan Muhammadiyah memiliki beberapa perguruan tinggi yang hebat, seperti Universitas Muhamadiyah Malang dan Universitas Muhamamdiyah Makasar. Kehebatan UMM disamping memiliki kampus yang asri dan indah juga menjadi satu-satunya PTS yang mampu mengelola pembangkit listrik sendiri dan digunakan untuk kebutuhan domestik universitas.
Sementara, saat ini Universitas Muhamadiyah Makasar sedang membangun kampus berlantai 17 dan dimasa depan bakal tumbuh menjadi universitas yang megah dan disegani, semua itu menurut Yunahar Ilyas hanya bisa dilakukan karena warga Muhamadiyah peduli. Kepedulian warga muhammadiyah menjadi salah satu kunci mengapa organisasi ummat ini tetap lekat dihati. Sehingga kekuatan modal tidak menjadi yang utama tetapi kekuatan ummat justru menjadi penyokong yang sangat kuat.
Tentu, Seabad Muhammadiyah pertanda kematangan bagi organisasi berlogo matahari ini, sehingga perannya dalam menyinari negeri tak pernah henti. Perubahan yang terjadi bagi Muhammadiyah yang modern dan moderat menjadi bagian jati diri. Tidak ada kata lain bahwa Muhammadiyah senantiasa mengikuti perubahan dengan sikap tajdid yang dimilikinya.
Sebagai organisasi yang besar dan kuat, posisi Muhamamdiyah senantiasa menjadi daya tarik, bahkan Muhammadiyah ikut mewarnai politik ketatanegaraan negeri ihi, bahkan kader-kader muhammadyah yang melimpah tersebar dimana-mana, oleh karenanya menurut Prof Yunahar, Muhamadiyah tidak menjaga jarak dengan parpol manapun tetapi justru menjaga kedekatan.
"Muhammadiyah tidak menjaga jarak dengan parpol tetapi justru menjaga kedekatan yang sama sehingga pesan amal makruf nahi mungkar sampai kesemua lini" paparnya.
Milad Seratus Tahun organisasi Muhammadiyah tingkat Propinsi Sumatera Barat digelar di Gor Zaini Zein, Pincuran Boga, Painan, Kabupaten Pesisir Selatan, pada Sabtu, 15/12. Ulang tahun persekutuan itu Dihadiri langsung oleh Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno, Anggota Komisi III DPR, Taslim yang juga mantan ketua Ikatan Pemuda Muhamamdiyah Sumatera Barat, Bupati Pesisir Selatan, Nasrul Abit, Wali Kota Padang, Fauzi Bahar, dan sejumlah tokoh sepuh Muhammadiyah, kendati urung dihadiri tokoh nasional Mantan Menteri Hukum dan HAM, Patrialis Akbar.
Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Pesisir Selatan, Zamzainir menjelaskan bahwa Kabupaten Pesisir Selatan mendapat kehormatan sebagai penyelenggara seabad Milad persekutuan Muhamadiyah tingkat propinsi Sumatera Barat. Agenda ini juga menjadi pertemuan akbar para anggota Muhammadiyah di 19 Kabupaten/kota.
"Milad yang ke 100 tahun ini menjadi istimewa karena Kabupaten Pesisir Selatan di amanahkan untuk menjadi lokasi acara, sehingga momentum baik bagi para anggota Muhamamdiyah khususnya untuk saling bersilahturahmi" ujar Zamzainir.
Milad Muhamadiyah yang keseratus ini dihadiri ribuan anggota Muhammadiyah dari seluruh Kabupaten/kota
yang ada diSumatera Barat, dimeriahkan dengan atraksi kesenian bernuansa islam, serta diakhiri taushiyah yang dipaparkan oleh Prof Yunahar Ilyas, Guru Besar Universitas Muhammadiyah Jakarta, sekaligus ketua PP Muhamadiyah.(05.)