Headline News

header-int

Jaminan Pasar Dan Sentuhan Teknologi Masih Menjadi Harapan Petani Gambir Di Pessel

, 27 Juli 2017, 00:00:00 WIB - 518 | Kontributor : Yoni Syafrizal

Painan, Juli 2017 --Tidak terjaminya harga pasar tanaman gambir, masih menjadi keluhan oleh masyarakat petani hingga saat ini. Walau kondisi itu masih menjadi persoalan, namun tanaman ini masih tetap dijadikan idolah dan unggulan,  termasuk juga di Pessel.

Oleh petani gambir, harga dari hasil usaha yang digelutinya itu bagaikan sebuah teka teki. Walau demikian, tidaklah menyurutkan minat masyarakat untuk mengembangkan tanaman ini. Sebab tanaman yang tergolong jenis tanaman tua itu, masih diyakini memiliki nilai ekonomi yang cukup menjanjikan.

Hal itu disampaikan Syafrigon 42, pertani gambir di Nagari Lakitan Tengah Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel) Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) Kamis (27/7).

" Sebagai petani gambir, kami memang sangat berharap agar komoditi ini bisa dijual dengan harga yang tinggi, atau menguntungkan secara ekonomi. Sebab dengan terjaminya harga, keberlangsungan usaha sebagai petani gambir akan bisa terus berlangsung dalam memenuhi kebutuhan pasar," ujarnya.

Dijelaskanya bahwa menjadi petani gambir sudah digelutinya sejak sepuluh tahun terakhir di nagari itu.

" Beralih sebagai petani gambir, sudah saya lakoni sejak sepuluh tahun terakhir di nagari ini, bersama puluhan petani lainya. Karena sudah menjadi pihkan, sehingga sangatlah wajar bila kami berharap agar komoditi ini mendapat perhatian pemerintah. Terutama sekali dalam melakukan pengolahan gambir agar mendaptkan pasta yang berkualitas, disamping juga jaminan pasar," katanya.

Diungkapkanya bahwa dalam melakukan pengolahan gambir, dia bersama petani lainya di nagari itu masih menggunakan alat gempa yang sederhana dengan sistem manual pakai dongrak mobil.

" Karena menggunakan alat manual, sehingga dalam 90 menit mulai dari proses pemerasan atau pres daun, kami hanya mampu menghasilkan 6 kg pasta gambir, sedangkan rata-rata dalam satu hari, kami hanya mampu mengolah danun gambir hingga menjadi pasta dalam konsisi basah sebanyak 10 kg, per orang," ujarnya.

Agar sebagai petani gambir dia besama petani lainya bisa saling berbagi informasi dan pengetahuan, sehingga dibentuklah kelompok tani gambir di nagari itu.  

" Sebagai petani gambir, sayatergabung pada kelompok tani (Keltan) Gambir Batu Batuampa Lubuak Paku Koto Lamo, Nagari Lakitan Tengah. Pada kelompok ini, jumlah anggota yang bergabung ada sebanyak 40 orang, dengan kepemilikan lahan rata-rata 1 hektare. Sedangkan lahan yang saya miliki, dan diolah secara sendiri ada seluas 2,5 hektare," jelasnya.

Disampaikanya bahwa tidak terjaminya harga di tingkat petani, masih menjadi keluhan petani gambir di daerahitu hingga saat ini.

" Walau tanaman gambir dijadikan sebagai salah satu komoditi unggulan di Pessel. Tapi disayangkan tidak memiliki jaminan harga. Saya katakan demikian, sebab harga gambir di daerah ini turun naik. Di saat-saat tertentu harganya melambung tinggi. Tapi tak jarang malah anjlok sebagai mana saat ini, sebab hanya dihargai pedagang Rp 38 ribu per kilogram. Dua bulan lalu, malah sempat menembus hingga Rp 90 ribu per kilogram," keluhnya.

Sebagai petani dia berharap agar kondisi itu mendapat perhatian serius pemerintah, serta juga mencarikan solusi. Harapan itu disampaikanya, karena keberlangsungan dan jaminan terhadap pasar itu, bisa menimbulkan kesenjangan harga yang dapat menimbulkan kerugian pada salah satu pihak, terutama sekali di tingkat petani.

Disampaikanya bahwa di nagari itu tanaman penghasil uang dari daun itu, memang sudah menjadi idola masyarakat.

Bahkan tanpa keraguan, mayarakat tani mulai secara beramai-ramai mengalih pungsikan lahanya dari tanaman jenis lain ke tanaman itu.

Upaya itu juga dilakukan Mardian 53, warga lainya di Kampung Koto Lamo Nagari Lakitan Tengah Kecamatan Lengayang.  

Dengan modal keyakinan dan percaya diri,  Mardian sepuluh tahun lalu nekat banting stir dari petani coklat dari lahan yang di miliki.

" Upaya untuk mencoba hal baru sebagai petani gambir sepuluh tahun lalu itu, tak lain hanya untuk merobah tarap hidup dan ekonomi keluarga ke arah yang lebih baik. Upaya itu memang sudah saya rasakan, sebab pada lahan seluas 2 hektare yang saya miliki, saya telah bisa membiayai kebutuhan keluarga. Walau demikian, sebagai petani gambir saya tetap berharap agar pemerintah bisa memberikan jaminan terhadap harga gambir, agar kehidupan kami sebagai patani gambir bisa lebih baik dan lebih sejahtera lagi," ungkapnya.

Disampaikanya bahwa selain masalah harga, yang juga menjadi persoalan oleh petani gambir di nagari itu adalah dalam hal pegelolaan.

" Saya katakan demikian, sebab alat gempa yang kami miliki hanya alat manual dengan hanya mengandalkan tanaga. Karena masih manual, sehingga cuma mampu menghasilkan sari getah dari daun yang di pres sebesar 70 persen. Dan ini tentu cukup merugikan bagi petani sebagai mana juga kami rasakan," keluhnya.

Disampaikanya bahwa pemerintah daerah melalui dinas terkait memang telah memprogramkan bantuan alat kempa tersebut kepada masyarakat, namun khusus di nagari itu, bantuan alat itu belum masuk dalam prioritas.

" Mungkin karena kampung ini cukup jauh dari pusat pemerintahan kecamatan dan tergolong terpencil, sehingga agak terlupakan," ungkapnya lagi.

Lebih jauh dijelaskan bahwa dalam hal teknis penanaman, dia bersama anggota kelompok tani lainya memang belum mendapakan pembinaan dari dinas terkait.

Sehingga pada awal-awal mencoba, bibit yang ditanami mengalami kegagalan, tapi dia bersama petani lainya mengaku tetap melakukan upaya dan inovasi berdasarkan pengalaman yang alami.

" Usaha itu ternyata membuahkan hasil. Sebab, dari dua teknis penanaman yang kami coba seperti dengan cara penyemaian langsung di lahan dan melalui pembibitan, tanaman yang di tanam itu berhasil tumbuh," ujarnya.   

Karena upaya yang dilakukan itu cukup berhasil, sehingga dia mengimbai kepada petani yang akan memulai usaha sebagai petani gambir, sebaiknya, menerapkan penanaman dengan cara pembibitan.

" Setelah berumur 3 hingga 4 bulan baru di pindah ke lahan. Selain tingkat hidupnya tinggi, biaya penyiangan pun akan lebih ringan secara ekonomis. Selain itu, daun gambir ini juga sudah bisa di panen setelah berumur 7 hingga 8 bulan," jelasnya.

Ditambahkan lagi bahwa di hamparan lahan kelompoknya tani di nagari itu, dalam satu hektare lahan mampu menghasilakan pasta hingga 700 kg dalam 1 hektare.

" Saat ini harga 1 kilogram pasta gambir dihargai pedagang di tingkat petani Rp 38 ribu. Harga ini sudah berlaku sejak dua bulan terakhir. Padahal sebelumnya mencapai hingga  Rp 90 ribu perkilogram. Ini merupakan salah satu tanda tanya bagi kami sebagai petani. Kenapa perobahan harga yang tidak menentu ini, bisa terjadi dengan seketika," ujarnya.

Wali Nagari Lakitan Tengah, Irwandi ketika dihubungi pesisirselatan.go.id Kamis (27/7) mengatakan bahwa gambir merupakan salah satu komoditi yang diunggulkan oleh masyarakat petani di nagari itu.

" Bila dilihat dari potensi, pengembangan tanaman gambir di nagari ini bisa mencapai 1.500 hektare. Potensi ini ada di tiga kampung. Diantaranya, Kampung Koto Lamo, Seberangtarok, dan  Tanjungdurian," ujarnya.

Karena harga persoalan harga menjadi salah satu yang sering dikeluhkan petani, termasuk juga keterbatasan sarana alat kempa, sehingga pihaknya berharap agar keluhan itu mendapat perhatian serius pemerintah.

" Potensi pengembangan tanaman gambir di nagari ini tegolong luas di Pessel, sebab bisa mencapai 1.500 hektare. Karena keterbatasan kemampuan pengelolaan, serta juga masih sulitnya sarana dan prasana pendukung, membuat pengembanganya belum bisa maksimal. Jika ditotal luas lahan perkebunan gambir di nagari ini ada sekitar 50 hektare. Dari itu saya berharap ini mendapat perhatian serius pemerintah melalui dinas terkait," tutupnya. (05) 

Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan Portal Resmi Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan merupakan Wadah informasi bagi masyarakat dari pemerintah. Kabupaten Pesisir Selatan adalah sebuah kabupaten di Sumatera Barat, Indonesia. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 5.749,89 km² dan populasi ±420.000 jiwa. Ibu kotanya ialah Painan.
© 2024 Kabupaten Pesisir Selatan. Follow Me : Facebook Youtube