Dalam upaya peningkatan ekonomi masyarakat,para petani terpaksa mamfaatkan areal pertanian sawah dengan sistim tanaman selingan yaitu, padi, semangka, pepaya, jangung dan tanaman lainnya yang menghasilkan.
Pemanfaatan lahan sawah tidak terpokus kepada tanaman padi saja, namun berbagai jenis tanaman yang menghasilkan jelas sangat memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan perekonomian masyarakat yang mayoritas hidup sebagai petani.
Seperti contoh alih fungsi lahan sawah dari tanaman padi ketanaman lainnya seperti tanaman Pepaya banyak dilakukan oleh masyarakat Koto Baru Bayang. Namun alasan petani untuk mengubah lahan persawahan untuk menjadi lahan tanaman pepaya cukup beralasan. Alasan utamanya adalah terus membangkitkan sumber pendapatan ekonomi keluarga dan kemudian untuk mengatasi penganguran akibat sawah yang terlantar terutama pada musim kemarau petani tidak bisa menanam padi akibat kekurangan air sawah .
Tapi banyak juga para petani alih fungsi lahan itu yang berhasil,seperti petani yang satu ini Jamaludin 63 warga Koto Baru Bayang ini menanam komoditi pepaya dilahan persawahannya.Diakui Kecamatan Bayang Pessel salah satu daerah dikenal sebagai penghasil pepaya di Sumbar, bahkan hasil produksi masyarakat tani di daerah ini dilirik oleh para saudagar dari berbagai daerah untuk membelinya kemudian dijual keluar daerah Pessel seperti,Pekan Baru,Muara Bungo dan Jambi.
Kepada pesisirselatan.go.id dia menceritakan bagaimana dia memulai usahanya itu dengan segenap perjuangan jatuh bangun dan kerugian yang dideritanya. Dengan hanya bermodalkan niat dan tekat untuk mengubah kehidupan keluarganya.
Dilahan persawahan 1/4 hektar dia membudidayakan tanaman pepaya dengan hanya modal sekitar Rp 5 juta dimulai dari pembibitan,pemupukan dan panen dia telah mampu menghasilkan laba 5 kali lipat dari modal tersebut."Budidaya Pepaya tidaklah sulit namun juga tidaklah gampang,butuh kegigihan dan ketekunan untuk menghasilkan," ujarnya
Untuk budidaya pepaya dari masa pembibitan hingga panen membutuhkan waktu sekitar 6 bulan.dan dalam waktu enam bulan itu kita harus melihat dan memperhatikan kondisi tanam dan rutin memberikan pupuk mulai dari pupuk organik hingga pupuk buah.
Jenis pepaya yang dikembangkannya adalah pepaya kampung,pepaya es dan jenis pepaya penang .Hasil panennya langsung dibeli oleh pembeli langsung keladang . Setiap butirnya harga yang ditawarkan beragam tergantung jenis dan besarnya buah tersebut. Biasaya untuk jenis pepaya es ukuran sedang dihargai Rp 5 ribu hingga Rp 8 ribu/butir. "Namun jika pembelian untuk skala banyak biasanya dijual dengan harga per kgnya Rp 2 ribu," ujarnya
Jamaludin memulai usahanya ini coba coba dengan melakukan pembibitan dengan sendirinya yang akhirnya dia mampu menghasilkan produk yang telah membawa dia menjadi contoh bagi petani petani lainnya. Namun dia mau berbagi pengalamannya itu kepada petani lainnya agar petani lainnya bisa meniru jejaknya untuk budidaya pepaya ini.
Diladang miliknya itu Jamaludin itu juga melakukan pembibitan dan hasil pembibitannya itu juga dijual kepada warga yang ingin juga menanam komoditi tersebut dengan harga cuma Rp 3 ribu per bibit.
Namun Jamaludin juga menemukan kendala dalam pembudidayaan tanaman pepaya, dimulai dari kekurangan modal ,penyakit dan pasar yang melemah. Semua itu memang merupakan risiko yang menjadi tantangan ,:ujarnya
Kabupaten Pesisir Selatan memiliki potensi pertanian yang sangat besar banyak komoditi yang menjadi andalan daerah ini.Dan pasar penyaluran komoditi itu juga sangat luar. Untuk kebutuhan daerah hasil pertanian para petani Pessel melebihi dari konsumsi.