Mungkuih (family cannidae) merupakan jenis ikan yang hidup di air deras dan berbatu. Ikan yang mirip ikan gabus ini dewasanya berukuran rata rata sebesar ibu jari kaki, bersisik dan bilateral simetris. Di Pesisir Selatan ikan mungkuih nyaris hidup di semua sungai yang ada diarah hulu, namun paling banyak ditemukan di bagian hulu Batang Pelangai.
Mungkuih oleh masyarakat Pesisir Selatan merupakan jenis lauk yang populer. Saking populernya sejumlah rumah makan disana bahkan selalu menyediakan menu utama ikan mungkuih. Ikan mungkuih dapat diolah menjadi berbagai masakan, misalnya digulai dengan campuran berbagai sayuran, digoreng dengan cabai muda, dibuat sala dan lain lain. Ikan ini menjadi populer disebabkan rasanya yang enak dan gurih.
Akibat peminat ikan ini sangat banyak, maka bagi sebagian warga Pelangai Gadang, Kecamatan Ranah Pesisir mencari mungkuih menjadi mata pencaharian sangat penting selain kesawah dan keladang. Menangkap ikan ini tidaklah semudah ikan ikan lainnya yang dapat ditangkap dengan bubu, jaring atau jala. Namun di bagian selatan Pesisir Selatan ditangkap dengan mengait (bahasa setempat mangaik-red).
Sepintas ia terlihat seperti alat pancing, namun jika dilihat secara seksama sungguh berbeda. Pengait memiliki tangkai seperti tongkat sepanjang satu setengah meter. Tangkainya itu terbuat dari kayu dengan ukuran sebesar ibu jari, namun semakin keujung semakin kecil. Ukuran ujungnya sebesar pangkal lidi aren.
Dibagian ujung itulah terdapat pengait yang dibuat dari kawat. Pengait bentuknya mirip mata kail, namun memiliki tangkai sepanjang 15 cm pula. Tangkainya itu dijepit pada ujung kayu menggunakan benang nilon yang melingkar rapat pada ujung kayu itu. Pengait terjepit namun sedikit longgar. Tujuan dibuat longgar agar ketika mungkuih ukuran besar tersangkut kait, maka kait itu lepas. Namun ketika kait lepas dari jepitan, kait itu secara umum tidak lepas dari tongkat pengait.
Syamsurizal (55) merupakan salah satu warga yang selalu menangkap ikan mungkuih di Pelangai Gadang untuk dijual kepasar atau pesanan masyarakat dari luar Pelangai Gadang. Kegiatan ini telah dilakukan berpuluh tahun.
Ia menceritakan, menangkap dengan pengait merupakan salah satu cara yang paling aman bagi kelestarian mungkuih dan lingkungan sekitar. "Kami disini tidak pernah menggunakan racun, putas atau setrum untuk menangkap ikan mungkuih, soalnya bahan dan alat alat seperti itu sangat berbahaya bagi lingkungan dan kelestarian ikan disungai.
"Dengan mengait, maka kelestarian ikan dapat terjaga. Kami hanya menangkap ikan yang layak untuk dikonsumsi dan tidak menangkap ikan yang terlalu kecil. Saya untuk memenuhi kebutuhan keluarga juga salah satunya bersumber dari usaha mangaik mungkuih," katanya menjelaskan di Pelangai Gadang.
Dikatakannya, setiap kali mengaik ikan mungkuih ia bisa mendapatkan penghasilan sebesar Rp30 ribu sampai Rp40 ribu. Kegiatan ini biasanya dilakukannya apabila tidak ada kegiatan disawah atau diladang. "Rata rata kami di sini melakukan hal yang sama, karena hampir semua penduduk disini mahir menggunakan pengaiit mungkuih. Tidak jarang pula warga dari tempat lain juga datang kesini untuk menangkap mungkuih," katanya lagi.
Selain untuk menambah penghasilan masyarakat, tradisi menangkap ikan mungkuih beberapa tahun terakhir juga masuk pada kegiatan yang dilombakan di Festival Langkisau. Tahun 2013 inipun di Pesisir Selatan mangaik mungkuih menjadi salah satu kegiatan perlombaan. Tujuannya tidak lain untuk melestarikan dan mempopulerkan ikan mungkuih ke mata nasional.
Hari Rabu (24/4) lalu kegiatan lomba mangaik mungkuih itu kembali di buka Wakil Bupati Pesisir Selatan Editiawarman yang juga di laksanakan di Nagari Pelangai Gadang Kecamatan Ranah Pesisir. Banyak juga peserta yang datang. Sekitar 105 orang. Mereka berasal dari Kota Padang, Lunang, Silaut, Tapan, Inrapura, IV Jurai dan kecamatan bertetangga Ranah Pesisir.
Rupanya pemerintah juga melihat kesempatan dan peluang objek wisata baru dari mangaik mungkuih ini. Batang Pelangai tampak begitu sibuk dan ramai hari itu. Mereka yang hobi mengait mungkuih diberikan kesempatan untuk bertanding dan memperebutkan hadiah seekor sapi. Menarik dan unik memang.
Panitia merentang tali keseberang sungai sebanyak dua lembar dengan jarak antartali sekitar 4 meter. Tali itu adalah batas peserta untuk bergerak ke mudik dan ke hilirnya. Waktu yang disediakan untuk peserta oleh panitia setiap etape sekitar 15 menit. Setelah stage pertama berakhir maka dilanjutkan pada stage kedua.
Selama waktu 15 menit itu, peserta berusaha mencari mungkuih di sela-sela batu. Sedangkan perlengkapan untuk membantu penglihatan ke dalam air peserta hanya diperkenankan menggunakan kaca biasa ukuran 20 kali 15 cm. Kaca segi empat itu oleh peserta didekatkan ke permukaan air, maka dari situlah mereka meneropong mungkuih.
Dalam waktu 15 menit pada stage pertama, hasil tangkapannya sangat beragam, tergantung kepintaran dan kehelian mereka dalam menggunakan peralatan tangkap tradisional itu. Namun penguasaan medan sangat berpengaruh besar pula pada hasil tangkapan.
Selanjutnya bagai mana menentukan pemenang? Setelah seluruh peserta merampungkan dua stage perlombaan maka akan ditentukan pemenangnya. Pemenang lomba bukan dilihat dari seberapa besar mungkuih yang dikaitnya. Akan tetapi seberapa banyak mungkuih yang mampu ditangkap peserta. Jadi untuk menentukan pemenang tidak ditentukan besar kecilnya mungkuih, namun jumlah ikan disetiap stagenya," kata Editiawarman Wakil Bupati Pessel. Dikatakannya, kegaitan ini sudah memasuki tahun ke 5 semenjak Festiva Langkisau mulai digelar.
Budidaya
Dalam rangka pemanfaatan sumberdaya daratan seperti di daerah aliran sungai Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan berencana melakukan budidaya mungkuih secara konvensional.
Editiawarman menyebutkan, dari beberapa literatur dan penelitian, ikan ini dapat dipelihara di kolam dengan tingkat kehidupan (survival) yang tinggi yaitu 97,67%. Untuk melakukan pembudidayaan yang intensif dan perkembang biakannya agar populasi ikan ini dapat dipertahankan, maka dinas terkait perlu pula melakukan kajian dan penelitian.
Misalnya tentang pembiakan, pakan dan lain lain sehingga dapat memberikan pertumbuhan yang baik terhadap mungkuih. Perlu kajian tentang perkembangan alat reproduksinya yang meliputi tingkat kematangan gonad, indek ovi somatik (lOS), jumlah telur, dan diameter telur.