Kerusakaan terumbu karang dan mangrove di Pantai Carocok dan Kawasan Mandeh sekitanya di Tarusan kian parah dan tidak terkendali.
Sementara sebagian besar masyarakat yang berada di Batu Kalang, Carocok hidup sebagai nelayan. Sadar maupun tidak jika kondisi ekositem laut dibiarkan rusak tentu akan mengancam kelangsungan hidup tidak saja para nelayan tapi juga ekositem laut, seperti terumbu karang, dan tanaman pinggir pantai.
Keprihatinan itu dibaca oleh Darpius Indra, sejak semula ia bertekad untuk memberdayakan masyarakat sekitar agar peduli pada pantai dan laut. Namun jalan masih suram. Awal kegiatan mendorong warga agar sadar lingkungan dianggap angin lalu.
"Sebagian warga mencemooh saya, mengganggap apa yang dilakukan sia-sia belaka, tapi saya tak surut" ucap Darpius.
Mulailah hari-hari panjang mengabdi buat lingkungan, menanam batang demi batang mangrove, menyisiri pantai. Satu dua orang mulai mengikuti jejak langkah Darpius. Kesadaran mulai tumbuh. Kendati pada awalnya hanya modal dengkul tapi optimisme mulai menyeruak.
"Secercah harapan membersit, langkah kecil untuk pekerjaan besar telah ditabuh, pantang berkata surut, jalan terbentang peradaban akan terus berlanjut, hidup bukan hanya milik generasi hari ini, tapi milik mereka generasi berikutnya" kata Darpius filosofis.
Tampa disadari aktivitas Darpius dan kelompok nelayan binaannya dipantau baik pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat termasuk penggiat lingkungan dan media.
Tentu Darpius sadar bahwa pekerjaan besar yang dilakoninya tidak dikerjakan sendiri, warga pun mulai paham atas kegiatan yang dilakukan. Usahanya yang pada awalnya disambut dingin, namun sikapnya yang gigih dan mudah berbaur akhirnya Darpius diterima dengan tangan terbuka.
Kegiatan pelestarian terumbu karang, pembudidayaan mangrove dan penanam cemara laut direspon positif. Masyarakat, lingkungan sekolah dan lembaga pengabdi lingkungan perguruan tinggi bergotong royong membangun kepedulian itu.
"Perguruan tinggi, sekolah dan komunitas lingkungan turut berperan dalam upaya pelestarian lingkungan, bahkan ketika ada pembangunan yang merusak lingkungan masyarakat protes" jelasnya.
Aktivitasnya dinilai sebagai salah satu langkah besar dalam penyelamatan lingkungan pantai. Penanaman mangrove disepanjang pantai kawasan Pantai Carocok, Kawasan Mandeh dan sekitarnya mendapat apresiasi. Bahkan surat kabar terkemuka nasional Kompas menurunkan liputan khusus sosok Darpius Indra.
Siapa Darpius Indra?. Anak pasangan Djamirus Rajo Intan itu meruapakan sosok aktivis kepemudaan. Sebagai PNS di dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pesisir Selatan, Darpius juga aktif diberbagai organisasi. Sosoknya yang visioner dan sederhana menyebabkan lelaki kelahiran Salido 44 tahun yang silam patut jadi tauladan generasi muda Pessel.
Kerja kerasnya dinilai oleh pemerintah dan kepadanya diserahkan penghargaan Kalpataru sebagai bukti aktivitasnya yang tinggi bagi pelestarian lingkungan hidup.
Bertempat di Istana negara Jakarta, Senin, 10/06 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyerahkan Piala Kalpataru bagi Darpius Indra atas pengabdiannya di bidang lingkungan hidup.
Darpius mengaku bahwa penghargaan Kalpataru merupakan penghargaan bagi warga pesisir yang berdiam disepanjang Pantai Carocok dan Kawasan Mandeh Tarusan dan sekitarnya.
" Saya persembahkan Kalpataru ini buat seluruh insan pelestari lingkungan di Tarusan khususnya dan Pesisir Selatan secara umum"ujarnya merendah.
Pesisir Selatan pantas berbangga memiliki sosok seperti Darpius Indra ditengah gersangnya generasi peduli lingkungan Darpius bak cahaya ditengah kegelapan.
Tetapi jalan masih terentang panjang Bung! Anda jadi inspirasi dan pelecut gelora kami, semoga apa yang anda retas menjadi obor bagi kami dan mari lanjutkan perjuangan, Kalpataru momentum bagi api pelestarian, dan Anda buktikan dedikasi itu, selamat Bung.