Tuan dan Puan yang sempat menempuh jalur Koto XI Tarusan hingga Lunang Silaut saat mengisi libur lebaran 1434 H/2013 ini, akan mendapatkan pemandangan baru di jalananan. Pemandangan itu berupa baleho, spanduk dengan foto foto yang "dipaksa" tersenyum. Inilah sisi lain kesuksesan lebaran tahun ini di Pesisir Selatan. Kesuksesan itu ditandai dengan tidak banyaknya keributan yang terjadi di titik titik keramaian. Pesta - pesti berjalan dengan baik.
Namun menarik untuk didiskusikan, tahun 2014 atau 2015 makin dekat, rupanya lebaran tahun ini mulai diwarnai aksi curi perhatian oleh sejumlah tokoh. Wajah wajah baru bermunculan dimana mana. Baik tokoh perantau maupun tokoh lokal. Ada pengusaha dirantau, perwira tentara dan polisi, PNS, aktivis parpol hingga mereka yang tidak jelas latar belakangnya.
Banyak pula kegiatan yang digelar diboncengi kepentingan politik. Sebut saja kegiatan pulang basamo. Kegiatan ini dengan konsep terencana memang telah dijadwal sedemikian rupa. Dikampung, para perantau menggelar sejumlah kegiatan amal, mulai dari kegiatan sunatan massal, kegiatan berbagai lomba kesenian tradisonal. Secara kasat mata, kegiatan ini murni untuk menghidupkan kembali nilai nilai, kesenian dan menjaga hubungan antara orang rantau dengan kampung halaman.
Lantas dilihat dari perpektif lain, karena pulang basamo telah diboncengi kepentingan, maka pada akhirnya ketahuan kegiatan yang diselenggarakan sarat kepentingan belaka. Atas nama perayaan lebaran, tokoh tokoh tertentu menyelipkan wajahnya untuk dikenal masyarakat. Membonceng dengan kegiatan pulang basamo dan dengan sederetan kegiatan yang direncanakan, rupanya juga disambut antusias tokoh dikampung. Pada awalnya, tokoh kampung tidak merasa bahwa ada kepentingan disana, namun setelah berlangsung kegiatan, tokoh kampung sadar, bahwa ia telah "masuk karung". Dan terjadi pecah kongsi.
Lain lagi dengan perihal takbiran. Kegiatan ini juga banyak diboncengi kepentingan individu dan kelompok elit tertentu. Maka dibuatlah semacam arak arakan yang mengerahkan ratusan bahkan ribuan masyarakat. Disana sang tokoh tampil sebagai pemrakarsa. Pada akhirnya, ketahuan juga, keinginan menyemarakkan malam takbiran telah ditunggangi.
Berjalan pula kita disepanjang jalan nasional, maka pemandangan yang tidak bisa di tolak adalah spanduk, baleho yang membelintang dijalanan. Ratusan banyaknya. Disana wajah wajah ganteng dan senyum dibuat buat manis mengucapkan selamat Idul Fitri. Tokoh tokoh baru tampaknya pada "menetas". Bagi warga yang tajam analisanya, mereka sudah bisa menebak, spanduk itu adalah spanduk kampanye.
Masih soal spanduk, rupanya pemerintah Pesisir Selatan telah berupaya melakukan penertiban. karena keberadaan spanduk yang membelintang dijalanan sangat mengganggu pengguna jalan raya. Bahkan awal ramadhan ajakan agar tidak memasang spanduk dan balehoo yang mengganggu ketertiban telah disampaikan.
Selanjutnya, tempat tempat keramaian, semisal objek wisata, juga tidak luput dari garapan para tokoh. Setidaknya, wajah manis di balehoo menyapa pengunjung. Yah maniiis, sangat manis sekali.
Lebaran memang memiliki daya pikat luar biasa. Paling tidak, momen tersebut digunakan untuk sosialisasi dan aktualisasi diri tokoh yang berniat maju pada berbagai pesta demokrasi. Lebaran, dengan segala pernak perniknya diyakini para tokoh pantas diboncengi. Menarik massa untuk hadir sangat mudah dan berbiaya murah.