Headline News

header-int

16-3-2018 : Sultan Menghilang setelah surat dibacakan

Jumat, 16 Maret 2018, 07:13:00 WIB - 452 | Kontributor :

“Muhibah ? yang bagus. Nanti kita tunggu dengan gembira”,  balas Sultan.

“Hamba Sultan. Hamba saat ini datang bersama utusan Panglima, yang berlayar dengan sebuah kapal perang Kerajaan Kesultanan Aceh. Perkenalkan beliau Sultan, yang terhormat Tengku Asmal, salah satu komandan kapal perang kerajaan Kesultanan Aceh. Panglima belum bisa meninggalkan Pariaman. Beliau mengirim surat sangat rahasia, yang berasal dari Sultan Kesultanan Aceh. Hanya boleh dibuka di hadapan Sultan. Bahkan Panglima sendiri tidak tahu apa isinya”, jelas Menteri Seberang Laut.  

“Surat Rahasia?”, pikir sultan. Berkerut kening Sultan sambil memegang jenggotnya yang mulai memutih. Memandang ke samping ke arah Penasehat Senior Kerajaan, Tuo kambang. Namun Tuo kambang juga hanya diam. Demikian juga hadirin yang lain, saling pandang satu sama lain. Keheningan di dalam ruangan itu begitu terasa.

Tiba tiba Tengku Asmal memperkenalkan diri, “Hamba Sultan. Yang Mulia Sultan Kerajaan Inderapura, yang amat dihormati rakyat pesisir barat, dan disegani oleh para terhormat kerajaan kesultanan Aceh. Hamba datang membawa sepucuk surat yang sangat rahasia dari Baginda Sultan Alisyah, Sultan Kerajaan Kesultanan Aceh di Ulele, dan hanya boleh dibuka di hadapan Sultan. Surat ini diantar beberapa minggu yang lalu oleh telek sandi kerajaan kesultanan Aceh ke Pariaman untuk diteruskan ke hadapan Sultan. Alhamdulillilah, kebetulan ada kunjungan kehormatan Menteri Seberang laut ke Pelabuhan Pariaman, makanya hamba langsung diutus mengiringi Menteri Seberang Laut, mengantar ke hadapan Sultan”.

“Ya Tengku. Mudah mudahan kabar gembira buat hubungan kedua kerajaan, Silakan surat itu dipersembahkan, agar dapat kita dengar bersama”, desak Sultan. Surat itu diberikan kepada Sultan, dan oleh Sultan dibuka dan diminta Menteri Dalam Negeri, Rangkoyo Singo Dimejo untuk membacakannya. Menteri Dalam Negeri berdiri dengan menjura kehadapan Sultan, dan membaca surat yang baru diterima Sultan.

“ Assalamualaikum, Wr. Wb. Yang Mulia Sultan Munawar, Sultan kebanggaan dan pelindung Kerajaan Kesultanan Alam Luas Inderapura. Dengan ini kami persembahkan salam hormat, dan kebahagiaan selalu buat keluarga dan rakyat Kerajaan Kesultanan Inderapura.

Kami telah mendengar dari para pedagang Aceh dan pedagang Arab yang pernah bersandar di Pelabuhan Muarasakai, bahwa Kesultanan Inderapura yang Sultan pimpin, makmur dan alamnya elok nan permai. Banyak lada, emas dan beras. Hutannya luas, dengan sungai berkelok kelok. Sawah pun luas menghijau selepas mata memandang. Penduduknya berbudaya, serta aman dan tentram. Laki lakinya gagah perkasa, sedangkan wanita wanitanya cantik dan molek.  

Oleh karena itu, untuk membina hubungan baik di masa depan, dan bagi keberlanjutan kemakmuran kedua rakyat kerajaan, kami ingin meminang ananda Putri Dewi untuk adinda Pangeran Firman Syah. Anggaplah sepucuk surat ini sebagai persembahan kami beralas sutera dengan tilam berisi sirih. Jika pinangan ini diterima, tiga puluh kali matahari terbit  ke depan kami akan datang ke Inderapura meminang sekaligus menjemput Putri Dewi beserta rombongan untuk datang ke Ulele. Kalau semua sesuai dengan kehendak Allah, insyaallah akan diadakan pesta besar kerajaan di Ulele, dan tentu saja Sultan harus hadir pula dalam perhelatan besar ini.

Pinangan ini adalah kehendak dari Pangeran Firman, dan bukan pula pemaksaan kehendak dari kami. Ternyata Pangeran Firman Syah dulu merupakan kakak tingkat ketika mereka sama sama belajar di Malaka. Saya dengar mereka telah saling kenal satu sama lain di Malaka. Ini pun jika anada Putri Dewi tidak merasa terpaksa. Alangkah eloknya jika Allah menjodohkan mereka berdua.  Demikian kami sampaikan kehadapan Sultan, untuk dapat balas sekapur sirih sebagai tanda kita berjabat tangan. Wassalam”.  

Demikian Menteri dalam Negeri mengakiri  isi surat yang baru diterima Sultan. Semua hadirin hanya melongo mendengar menteri membaca isi surat tadi. Tak ada yang bicara. Hanya mengangguk angguk saja. Sesekali memandang ke arah Sultan. Tan Baro termasuk yang tertunduk lesu. Jika hanya untuk menjemut surat ini, barangkali Tan Baro tidak akan mau ikut dengan Menteri Seberang Laut. Dia makin tertunduk. Malu pada dirinya sendiri. Namun juga muncul emosi dari dalam dirinya mendengar seorang pengeran dari jauh menjelang Putri Dewi.   

Pikir Sultan, isi surat ini halus tapi seperti memaksa. Ada semacam delima bagi Sultan karena dalam isi surat yang dibacakan,  dihubungankan antara pinangan Sultan Aceh untuk Pangeran Firmansyah terhadap putrinya dengan nasib jangka panjang kerajaan. Apakah putrinya mau menerima pinangan ini? Bagaimana pula nasib kerajaan nantinya, karena di antara anaknya, Putri Dewi yang paling berbakat dalam memimpin. Jangan-jangan seperti Dara Petak dan Dara Jingga yang dikirim dari Kerajaan Darmasraya kepada Majapahit sebagai bagian dari kepatuhan dan ketaklukan Darmasyara terhadap Majapahit. Apakah ini bagian dari strategi penaklukan terhadap Inerapura ?

Sultan beringsut dari tempat tidurnya. Meninggalkan ruangan tanpa berkata sepatah pun. Hadirin masih saja diam. Tak ada yang berani berkata, karena ini menyangkut masalah yang sangat pribadi bagi Sultan dan keluarga.  Lama ditunggu, Sultan tak juga menampakkan diri. Bersambung ..........

 

Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan Portal Resmi Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan merupakan Wadah informasi bagi masyarakat dari pemerintah. Kabupaten Pesisir Selatan adalah sebuah kabupaten di Sumatera Barat, Indonesia. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 5.749,89 km² dan populasi ±420.000 jiwa. Ibu kotanya ialah Painan.
© 2024 Kabupaten Pesisir Selatan. Follow Me : Facebook Youtube