Headline News

header-int

Di antara panasnya Padang Pasir

Selasa, 25 September 2018, 11:27:16 WIB - 484 | Kontributor :

Di antara panasnya Padang Pasir

Setelah melepas ke berangkatan Haji Syekh Abdul Wahab di Pelabuhan  Jeddah untuk pulang ke Minangkabau, Ilyas Yakub kembali ke Mekkah. Tahun 1921  suasana Jeddah dan Riyad, yang merupakan pusat pemerintahan,  sedang hangat oleh kekisruhan pemerintahan yang tidak jelas.

Memang semenanjung Arab tidak dijajah oleh bangsa asing, namun perebutan pengaruh di antara klan klan kepala suku begitu terasa kuat sehingga saling rebut pengaruh di antara mereka terhadap segenap penduduk semenanjung Arab sangat terasa. Ditambah lagi dengan banyaknya para perompak dari Semenanjung Yaman dan Hadramaut yang sering menganggu perjalanan para kafilah .

Demikian  juga di Jeddah, tempat berbagai bangsa datang dan pergi sebagai pintu gerbang utama ke Mekah, khususnya dari Afrika, Asia, dan Eropa. Ada kapal kapal dagang, kapal pengantar orang Muslim naik Haji, dan banyak juga yang datang untuk memantau kapal kapal dagang dan kemudian hari dibajak di tengah laut Merah, atau di sekitar pelabuhan Aden di Yaman.

Namun yang paling menarik pada masa itu adalah bahwa Mekkah dan Medinah adalah dua kota suci yang terhindar dari peperangan dan perebutan kekuasaan antar suku. Seperti ada kesepakatan tak tertulis di antara kepala suku: siapa yang bisa menguasai Jeddah dan Riyad berarti menjadi penguasa Mekkah dan Medinah. Sehingga kebanyakan peperangan adalah upaya memperebutkan Riyad dan Jeddah.

Di antara beberapa klan di semenanjung arab, yang paling berpengaruh pada masa itu adalah  klan yang dipimpin oleh Abdul Rasyid dan klan Ibnu Saud. Perebutan kekuasaan antara klan Abd Rasyid dengan klan Ibnu Saud masih berkecamuk untuk dapat menguasai Riyad. Berkat bantuan pasukan Ingris dari semenanjung Sinai pada bulan November 1921 Klan  Ibnul Saud dapat menguasai Riyad dengan sekelompok kecil prajurit arab terlatih, yang direkrutnya dari beberapa suku dan orang badui. Pada tahun 1925  Ibnu saud memproklamirkan berdiri nya kerajaan Arab Saudi, dengan penguasa dari klan keluarga Ibnu Saud, hingga sekarang.

Jarak antara Jeddah dan Mekah cukup jauh, yang dihubungkan dengan jalan berliku pegunungan kering kerontang dan melewati padang pasir tandus, gersang dan panas. Jarak antara dua kota tersebut hanya sekitar 51,6 km, namun harus dilalui selama dua hari dua malam dengan mengenderai onta. Setiap onta menarik satu gerabok yang berisi dua penumpang dan barang-barang bawaan, dengan dua kali pemberhentian. Sementara jarak antara Mekkah dan Madinah lebih lama lagi yakni  selama 12 malam perjalanan onta dengan 10 kali pemberhentian.

Ilyas Yakub menumpang kreta onta bersama seorang pemuda badui, sahabatnya di Mekah. Mereka berangkat sore hari dengan beriring-iringan bersama para kafilah arab, agar tidak diganggu para penjahat dan perompak padang pasir. Ilyas Yakub bersama temannya  membawa seonggok barang dagangan yang akan mereka jual di pasar Mekah, dari sisa uang bekal yang diberikan Abdul Wahab dan sisa kiriman orang tuanya, penyambung selama hidup di Mekah. Walau Ilyas sudah mendapat tumpangan dengan sahabat Syehk Sabdul Wahab tapi ia tetap berusaha untuk sekedar mendapat belanja dan untuk membeli buku buku yang ia perlukan.   

Dengan kondisi pemerintahan Kerajaan Arab Saudi yang masih labil dan keadaan alam yang berat, dapat kita pahami saat ini, bahwa siapa pun yang akan menunaikan haji di Mekkah dan melanjutkan pendidikan di Mesir diperlukan kekuatan fisik dan mental yang luar biasa. Tak ada informasi dan hubungan diplomatik saat itu, yang akan membantu kita jika ada permasalahan. Semuanya urus sendiri. Dan tanggung sendiri akibatnya.

Pada masa itu, ada beberapa ulama besar dari Hindia Belanda (belum ada negara kesatuan Indonesia) yang bergelar Syekh karena kemampuannya berbahasa arab dan menguasai ilmu agama Islam sejajar dengan Ulama besar Mekah, antara lain Syekh Junaid Al Betawi, Syeks Muhammad Nawawi al Batani, dan Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi, yang berangkat ke Mekah pada tahun 1871 dalam usia 11 tahun.  Di antara murid-murid Syekh Ahmad Khatib Al-Minagkabawi yang paling terkenal adalah Ahmad Dahlan (kemudian hari menjadi pendiri Muhamadiyah), dan Hasyim Asyhari (kemudian hari pendiri NU).

Keseharian Ilyas Yakub di Mekah disamping membantu induk semangnya dan berjualan, adalah belajar ilmu agama dan membaca Alquran di Masjidil Haram. Belajar dengan banyak guru-guru, baik yang berasal dari Hindia Belanda maupun para Syeh lainnya yang ada di Masjidil Haram sambil memperdalam dan memperhalus bahasa Arabnya. Bersambung.....

Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan Portal Resmi Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan merupakan Wadah informasi bagi masyarakat dari pemerintah. Kabupaten Pesisir Selatan adalah sebuah kabupaten di Sumatera Barat, Indonesia. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 5.749,89 km² dan populasi ±420.000 jiwa. Ibu kotanya ialah Painan.
© 2024 Kabupaten Pesisir Selatan. Follow Me : Facebook Youtube