Headline News

header-int

Mengakhiri Masa Bujangan

Senin, 08 Oktober 2018, 06:03:19 WIB - 526 | Kontributor :

Sekembali Ilyas Yakub dari Jawa ke Medan, dia mendapat surat dari Emaknya, agar segera ke Sumerup, Kerinci. Emaknya meminta untuk bersua karena sudah rindu lama tidak berjumpa dan agar segera menikahi Tinur yang sudah menunggu bertahun tahun. Kali ini Ilyas Yakub tak kuasa menolak permintaan emaknya. Tinur sudah saatnya memiliki suami, karena menurut umur dan budaya, jika terlalu lama nanti akan jadi gadis tua, yang akan mencoreng nama baik keluarga.

Bagi emaknya, calon isteri Ilyas yang paling ideal adalah sosok Tinur. Gadis yang tahu teteng maneteng, raso pareso, mengaji, memasak, santun, dan rendah hati. Dalam suratnya, emak menyampaikan bahwa dalam waktu dekat, emak dan Bapaknya akan segera menyusul ke Sumerup untuk menghadiri pernikahan Ilyas dan Tinur.

Ilyas juga sudah rindu bertemu dengan emak dan bapaknya, tentu juga dengan Tinur. Oleh karena itu, dia pamit kepada kawan kawannya di Medan, dan meninggalkan semua pekerjaan dan tanggung jawab perjuangan untuk mengelola Surat Kabar yang sudah dirintisnya agar tetap dilanjutkan.

Dari Medan ia menuju Padang. Dari Telukbayur, Ilyas menumpang kapal layar menuju Pelabuhan Muarasakai, di Inderapura. Dari Muara sakai naik gerobak pedati yang ditarik kerbau menuju Tapan dan selanjutnya menuju Sumerup. Perjalanan panjang yang melelahkan.

hari setelah sampai di Sumerup, Ilyas dan Tinur melangsungkan pernikahan dengan pesta yang sangat sederhana. Walau murid-murid Haji Abdul Wahab meminta agar diadakan pesta besar, namun karena Ilyas mendapat informasi bahwa Agen-agen Belanda sedang mencari informasi keberadaan Ilyas, maka pesta cukup diadakan sederhana saja agar tidak diketahui Belanda.

Setelah pernikahan dan pesta selesai, hanya seminggu Ilyas dan Tinur menikmati bulan madu di Sumerup, sebuah kampung kecil yang sejuk dekat Danau Kerinci. Ilyas dan Tinur berangkat bersama ke Padang untuk melanjutkan perjuangan yang sudah menjadi tekadnya. Di Padang Ilyas dan Tinur tinggal di Alang Laweh, menumpang sebuah rumah sahabat Abdul Wahab.

Bersama teman temannya di Padang, pada penghujung tahun 1930, Ilyas membentuk Partai Muslimin Indonesia atau PMI. PMI berbasis pada lembaga pendidikan Islam Sumatera Thawalib dan Diniyah School. Ide dasarnya, melakukan pemberdayaan sekolah agama dengan berbagai inovasi ke arah sistem modern, yang dimulai dengan perbaikan kurikulum, sistem penjenjangan program, dan lama masa pendidikan. Ilyas juga mendorong agar Partai memberikan perlindungan kepada pelajar dari gangguan pemerintah kolonial. Sekolah-sekolah agama diorganisirnya sebagai basis perjuangan dan sentra pencerdasan bangsa dengan pengetahuan Islam dan wawasan kebangsaan.

Ilyas Yakub dan PMI berupaya meningkatkan jumlah sekolah agama dengan mendirikan sekolah baru dengan sistem Modern, mulai dari tingkat pendidikan dasar (Ibtidaiyah) sampai Pendidikan Tinggi (Al-Kulliyat). Di Alang Laweh, bulan Februari 1931 didirikan perguruan tinggi dalam bentuk college Islam untuk diploma A dan diploma B, yang bernama Al-Kullyat Al-Islamiyah. Para pengajarnya, selain Ilyas Yakub, umumnya adalah para intelektual jebolan Timur Tengah, di antaranya Janan Tahaib dan Syamsuddin Rasyid.

Pada awalnya, mahasiswanya berasal dari lulusan Sumatra Thawalib, Diniyah School, Tarbiyah Islamiyah, AMS (Algemeene Middelbare School), dan lulusan sekolah tingkat menengah lainnya.

Tahun 1932 PMI mengadakan konsolidasi menggalang kekuatan dan pengaruh di kalangan umat. Ilyas Yakub menyadari perjuangan Islam dan Kebangsaan perlu dikokohkan, baik internal maupun eksternal. Tantangan Masyarakat Islam Indonesia adalah bagaimana agar terlepas dari jajahan, dan dapat mandiri tanpa ada tekanan dalam meningkatkan kapasitasnya sebagai umat, di seluruh wilayah serumpun Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam. Konsolidasi PMI merupakan bagian kesadaran Ilyas Yakub untuk memperkuat lembaga-lembaga pendidikan Islam guna menunjang Visi Islam dan kebangsaan Indonesia.

Konsolidasi dilakukan dalam bentuk Kongres Besar. Ilyas Yakub mengundang dan mengajak seluruh peserta kongres ke kampung isterinya, Kotoberapak (sebuah kampung kecil di Bayang), karena di samping tempat yang aman dari kejaran Belanda, juga akomodasi dapat disediakan oleh sanak familinya di kampung.

Peserta kongres sangat ramai, datang dari berbagai penjuru tanah air. Dihadiri oleh seluruh pengurus cabang se Sumatera seperti dari Tapanuli Selatan, Bengkulu, Palembang, Medan, Tapak Tuan, Lampung, Padang, Sungaipenuh, dan lain lain. Di antara keputusan Kongres Besar, PMI diubah namanya menjadi PERMI. Kantornya di Gedung Perguruan Islamic Ollege, Alang Lawas, Padang. Pemerintahan Kolonial Brlanda kemudian Memasukkan PERMI sebagai Partai Islam radikal revolusioner. Bersambung...

Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan Portal Resmi Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan merupakan Wadah informasi bagi masyarakat dari pemerintah. Kabupaten Pesisir Selatan adalah sebuah kabupaten di Sumatera Barat, Indonesia. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 5.749,89 km² dan populasi ±420.000 jiwa. Ibu kotanya ialah Painan.
© 2024 Kabupaten Pesisir Selatan. Follow Me : Facebook Youtube