Headline News

header-int

27-2-2018 : Mempersiapkan Misi Sambil Mengendalikan Isu

Selasa, 27 Februari 2018, 07:58:16 WIB - 703 | Kontributor :

Selepas Magrib, Kota raja disibukkan kuda-kuda prajurit dan pedati bermuatan penuh menuju pelabuhan. Bunyi kaki kuda dan roda pedati yang dihela kerbau telah meriuhkan suasana malam. Kebanyakan rakyat masih belum tahu apa sesungguhnya yang terjadi. Mereka memperkirakan kesibukan malam ini ada hubungannya dengan bongkar muat kapal persia dan kapal dagang dari kerajaan Yuen kemaren pagi. Kapal Persia dan kapal dagang Yuen masih bersandar di  pelabuhan, tapi tidak melakukan bongkar muat barang karena berdasarkan aturan mantri pelabuhan, bongkar muat kapal barang hanya dapat dilakukan dari pagi hingga matahari terbenam.

Bulan di langit timur kerajaan masih malu malu menyinari  bumi luas kerajaan. Baru membentuk pola seperti sabit, makanya disebut bulan sabit. Sabit adalah semacam senjata yang melengkung dengan hulu kayu menjadi tangkainya. Biasanya digunakan oleh rakyat kerajaan untuk memotong rumput atau untuk memanen padi. Kerajaan menyediakan sabit secara gratis kepada seluruh rakyat, agar rakyat giat bertani. Sabit merupakan produksi dalam negeri kerajaan, yang banyak dibuat di Tepan (baca: Tapan).  

Walau bulan masih seperti sabit,  tapi sudah cukup membuat bayangan bagi yang menghalangi sinarnya. Memantulkan kilauan cahaya bulan dari permukaan air yang bergerak gerak, seiring gerakan ombak akibat goyangan kapal. Kesibukan pelabuhan amat terasa dibandingkan tadi siang. Banyak buruh yang dilemburkan karena harus memuat berbagai barang ke atas kapal-kapal yang telah disediakan Menteri Keamanan. Ada tiga kapal yang akan diberangkatkan ke Ketaun, yang dimuat dengan berbagai senjata dan persiapan perbekalan. Demikian juga tiga kapal yang juga dipersiapkan untuk misi diplomasi ke Pariaman, sesuai titah Sultan tadi sore.

“Apa yang terjadi ? kok sibuk sekali”, bisik seseorang kepada orang yang duduk disampingnya.

“Saya dengar dari seseorang di lingkungan istana, tentara mau menyerbu ketaun. Biar bajak laut simata satu mampus dan tidak menganggu para pedagang lagi di Muko muko dan Ketaun”, jawabnya.

“Oo yaa. Baguslah. Aku berterimakasih dengan kehadiran kerajaan di Ketaun. Menurut hemat aku, kerajaan harus hadir di setiap wilayah kekuasaannya agar rakyat merasa aman dalam berusaha, dan rakyat merasakan adanya sebuah negara. Banyak penduduk yang akan berterimakasih kepada Sultan jika itu dapat dilakukan. Apalagi para pedagang di Ketaun dan Muko Muko”’ sela kawan yang di sampingnya.

 Hanya itu yang diketahui penduduk. Sedangkan masalah pendudukan Pariaman oleh Kesulatan Aceh tidak banyak diketahui penduduk. Apalagi tentang kekuatiran para punggawa kerajaan tidak banyak diketahui penduduk.

Kuda kuda prajurit dari Pusat Militer Panamban telah kembali dari  pelabuhan, yang tadi mengantarkan karung-karung berisi senjata untuk diangkut ke atas kapal yang akan ke Ketaun. Pedati yang mengantarkan bahan makanan dan perlengkapan lainnya dari gudang istana yang disiapkan Menteri Urusan Pangan juga telah kembali ke Gunung Rajo, tempat Gudang-gudang perbekalan kerajaan. Dalam perkiraan mantri pelabuhan, nanti malam menjelang pagi semua persipan keberangkatan kapal sudah selesai, dan siap untuk diberangkatkan pada pagi menjelang matahari naik.

Di suatu bangunan di samping istana, pertemuan sangat serius sedang berlangsung selepas magrib tadi. Membahas beberapa hal penting dan isu yang berkembang dalam pertemuan sore tadi dengan Sultan. Isu itu menjadi hangat dan melebar menjadi pro dan kontra atas keputusan Sultan mengirim utusan ke Pariaman. Sebagian kecil kalangan militer tidak setuju atas usulan Menteri Dalam Negeri, karena dianggap mempertontonkan kelemahan kerajaan yang sudah menguasai wilayah Pesisir dari Padang ke Sungai Hula. Mereka tidak dapat menerima ide tersebuti, karena menurut mereka bahwa kerajaan sudah sangat kuat untuk melawan agresi Kesultanan Aceh. Kerajaan punya banyak kapal perang yang dilengkapi meriam api, ada tentara darat yang tangguh, ada senjata panah, ada kavaleri, dan bahkan memiliki pasukan silat yang memiliki ilmu kanuragan yang disegani di sepanjang pesisir barat.

Namun para penasehat senior Sultan dan sebagian menteri berfikir inilah saatnya untuk menggunakan kepintaran dan starategi yang selama ini telah mereka pelajari dari berbagai buku dan catatan. Strategi diplomasi Pamalaya di Kerajaan Darmas Raya, atau strategi Majapahit menggunakan bala tentara kerajaan Mongol menghancurkan Jayakatwang. Atau strategi tentara Rasullullah mengalahkan Kaum Qurais di Tanah Arab. Mereka sedang merangkai suatu diplomasi tingkat tinggi yang akan menentukan kelangsungan dan hegemoni kerajaan di masa depan.  Menurut mereka, dengan diplomasi akan diperoleh keuntungan yang luar biasa dari kerajaan, perluasan pengaruh, dan pengalihan isu agar Kesultanan Aceh lebih memperhatikan Malaka yang saat ini dikuasai Portugis.

Untuk mengantisipasi terjadinya pelebaran isu, maka beberapa orang di lingkungan dekat Sultan berinisiatif mengumpulkan beberapa menteri dan penasehat serta panglima kerajaan, yang tadi saling bersilang pendapat. Pertemuan ini dipimpin oleh penasehat Sultan yang terlihat sudah sepuh. Berjenggot putih dengan kepalanya agak botak, tapi matanya memancarkan aura yang kuat dan berwibawa. Hadirin yang ada di ruangan itu sekitar 15 orang. Orang tua itu mulai membuka pembicaraan dengan harapan harapan agar titah dan misi yang sudah disampaikan Sultan dapat berjalan sebagaimana mestinya.

“Aku harap kalian paham arti dan makna dari suatu titah yang telah dikeluarkan Sultan. Titah sultan adalah hukum yang harus kita patuhi. Tugas kita sebagai kawula hanya dua, yakni melaksanakan dan  mengamankan titah. Titah sultan adalah wibawa sultan. Titah sultan adalah harga diri sultan. Titah adalah perintah yang tak boleh dibolak balik lagi. Tak boleh diperdebatkan di luar ruangan, di belakang Sultan. Jika kita tidak mau melaksanakan titah sultan, ber-arti kita bukan kawula kerajaan. Dan akibatnya kita berhenti mengabdi pada kerajaan. Dan jika kita menambah-nambah berita dan menyebar isu kebohongan, maka berarti kita pengkianat kerajaan” nasehat orang tua itu, yang merupakan penasehat sultan paling senior, Abdul Halim Tuo Kambang, karena beliau berasal dari   kambang. Abdul Halim telah melanglang buana kebanyak tempat dengan mencatat banyak kejadian dari Tumasek, Malaka dan Kesultanan Aceh. Bersambung .......

Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan Portal Resmi Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan merupakan Wadah informasi bagi masyarakat dari pemerintah. Kabupaten Pesisir Selatan adalah sebuah kabupaten di Sumatera Barat, Indonesia. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 5.749,89 km² dan populasi ±420.000 jiwa. Ibu kotanya ialah Painan.
© 2024 Kabupaten Pesisir Selatan. Follow Me : Facebook Youtube