Headline News

header-int

Kita yang sedang bergumul dengan waktu

Senin, 22 Oktober 2018, 07:16:10 WIB - 1042 | Kontributor :

Hari hari ini adalah waktu yang terus bergolak. Dihiasi dengan berbagai tangis, tawa, dan gelora nafsu angkara murka. Saling sikut dan benci. Curiga dan benci begitu mudah. Teriak amarah hadir dimana mana. Kadang menjelma menjadi kanker yang menakutkan. Pada lain kesempatan bergelora bagaikan guruh yang memekakkan. Di mana-mana orang disibukkan dengan perang kata dan kalimat. Fitnah kebencian.

Tidak lagi dalam retorika pidato yang meng-hipnotis. Tapi cukup dengan telunjuk. Telunjuk dengan mudah menekan huruf-huruf pada tablet di tangan setiap orang, membentuk kata demi kata kebencian. Menyebarkan dalam sekejap mata hingga ke ujung dunia. Mencari cari kesalahan pihak lain. Menyajikan kepada orang banyak.

Moral, tata karma, hormat adalah sesuatu yang larut dalam asam cuka waktu, yakni hedonism atau keserakahan. Dunia menjadi sepi dengan etika. Yang benar adalah yang dapat memberi, walau yang diberi adalah kepalsuan. Yang salah tak dapat diampuni, walau telah bersujud memohon maaf.

Hari ini oleh kapitalisme, kita digiring menjadi rakus. Bekerja sedikit, ingin dapat untung banyak. Duduk-duduk manis tapi mau dapat lebih dari orang yang bekerja. Itulah yang menjadi main stream competitive adventives. Bersaing untuk mendapat yang terbanyak, dalam kata yang dikemas manis ber-tajuk “efisiensi”. Bahkan diiringi dengan pembusukan moral “memberi sedikit, menerima banyak”. Singkatnya tak ada kebaikan yang tulus dalam kehidupan hari ini. Semuanya bermotif kepentingan. Zakat ? hari ini telah menjelma menjadi bisnis terselubung.

Kenapa keberhasilan sekelompok orang harus mengurbankan kelompok lain. Kenapa Eropa harus makmur, dengan mengurbankan Afrika. Kenapa Eropa mulai cemburu dengan makin banyaknya Gedung Pencakar Langit di Asia dari pada di Eropa? Paradigma Bangsa Eropa yang berhak menentukan baik buruk dunia sudah ditelan waktu perubahan : yaitu“disruption”.

Atau kenapa kita harus menang dengan mengalahkan pihak lain. Kenapa kita harus mencari musuh untuk merefleksikan kita kuat. Itu adalah persepsi yang salah, yang dibentuk oleh budaya imperealisme.

Dalam agama kita, tak ada yang kalah tak ada yang menang. Semuanya adalah hamba yang menundukkan diri pada yang Satu, Yang Maha Pencipta, Allah SWT. Kemenangan harusnya milik semua, jika kita menang harusnya tak ada sosok yang kalah. Jika kamu kaya, maka orang lain juga harus turut kaya, setidaknya berbagi dalam untaian zakat. Inilah hal paling bermanfaat satu satunya dari teori trickle down effect.

Namun dalam faktanya, banyak yang kaya karena memiskinkan orang lain. Kita beruntung dengan merugikan pihak lain. Kita bahagia atas penderitaaan orang lain. Kita ketawa atas kesedihan orang lain. Bayangkan hari ini lebih banyak kematian karena obesitas (kekenyangan) dari kelaparan. Tentu saja kematian karena kekenyangan tidak akan terjadi jika manusia mau berbagi. Demikian juga kematian karena kelaparan tidak akan terjadi jika kita saat ini tidak saling menyalahkan. Tak akan banyak Penguasa meninggal karena sakit jantung jika para penguasa mau mengayomi dan berbagi.

Agar kita tidak menyesal dengan permainan waktu yang meluber, maka jangan salahkan masa lalu. Jangan mengelola hari ini dengan berpihak pada nafsu. Kita tidak ingin menyesal “jika dulu kami begini, mungkin tak akan begini. Jika dulu kami ikut sarannya, mungkin kami akan selamat. Jika dulu kami buat itu, mungkin kami akan lebih hebat”. Kemaren akan menjadi kenangan hari ini yang tak berguna, dan esok adalah angan hari ini.

Mari kita berperilaku dengan langkah dan jiwa sesuai  waktu dan musim yang kita hadapi. Namun jika dalam pikiranmu engkau mesti mengukur waktu keberhasilanmu ke dalam musim demi musim kekuasaan. Itu tidak baik. Biarlah setiap musim mengelilingi musim musim yang lain.

Biarlah hari ini memeluk masa lalu dengan kenangan, dan memeluk masa depan dengan kerinduan. Agar kita tidak meninggalkan dendam angkara murka. Memang, kita sedang bergumul dengan waktu. Masalahnya bagaimana kita mengelola pikiran dan keinginan dalam landasan iman.

Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan Portal Resmi Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan merupakan Wadah informasi bagi masyarakat dari pemerintah. Kabupaten Pesisir Selatan adalah sebuah kabupaten di Sumatera Barat, Indonesia. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 5.749,89 km² dan populasi ±420.000 jiwa. Ibu kotanya ialah Painan.
© 2024 Kabupaten Pesisir Selatan. Follow Me : Facebook Youtube